Batam, 8 Desember 2007
Nelayan Butuh Dukungan Aparat dalam Pengawasan Terumbu Karang
Dalam menanggulangi dampak perubahan iklim, Pemerintah Indonesia mengupayakan penyelamatan terumbu karang dan perikanan di tingkat nasional dan internasional melalui KTT APEC (Konferensi Tingkat Tinggi Asia Pacific Economic Corporation) dan UNFCC (Konferensi PBB tentang perubahan iklim) mengusung CTI (Coral Triangle Iniciative).
CTI sering juga disebut Amazon of The Seas, karena koralnya yang kaya bak hutan Amazon di Brasil. CTI dinilai sebagai pusat kehidupan dan keanekaragaman biota laut dunia. Menurut penelitian The Nature Conservancy (TNC), sebuah LSM lingkungan internasional, CTI menyimpan harta karun berupa 600 spesies koral dan 3.000 jenis ikan serta komunitas hutan bakau terluas di dunia.
TNC memperkirakan khusus di kawasan Filipina dan Indonesia saja CTI mampu menyediakan keuntungan ekonomi mencapai US$ 1,6 milyar dan US$ 1,1 milyar per tahun. "Jadi, CTI ini sangat penting, merupakan ladang mata pencaharian lebih dari 120 juta orang di kawasan itu," kata Rili Djohani, Direktur Program TNC Wilayah Indonesia.
Telah sampaikan niat pemerintah di tingkat lokal ?. Bagaimana apresiasi masyarakat di Pulau-pulau kecil ?. Lalu apakah dukungan aparat penegak hukum di pulau-pulau kecil ?
Masyarakat khususnya mereka yang tinggal di pulau-pulau kecil mungkin terlalu jauh dari informasi dan isu perubahan iklim dan tetek bengeknya. Akan tetapi mereka tahu bahwa pengerusakan terumbu karang mengusir ikan dari wilayahnya. Tentu saja ini akan mempengaruhi kegiatan mata pencahariannya sebagai nelayan.
Pengetahuan lokal inilah yang mendorong nelayan untuk menjaga kawasan perairannya dari pengerusakan terumbu karang. Meningkatnya kesadaran Masyarakat tersebut diindikasikan dengan upaya pengawasan bersama terhadap kawasan pesisir dan lautnya.
Namun ketika masyarakat dan pemerintah memiliki kesamaan niat dalam perlindungan terumbu karang di daerahnya, terjadi pengeboman ikan di Batam tepatnya di Pulau Petong, Kelurahan Pulau Abang Kecamatan Galang. Pengeboman terjadi 3 hari berturut-turut laut Pulau Petong kelurahan Pulau Abang Batam dan sekitarnya. Pengebom menurut masyarakat menggunakan mesin ganda berkekuatan 200 PK.
Tindakan ini merupakan tindakan provokasi, intimidasi dan teror kepada masyarakat khususnya nelayan d Pulau Petong. Insiden tersebut direspon oleh pengamat terumbu karang (reef watcher) dengan menginformasikan ini kepada tenaga lapangan yang selanjutnya memberikan dukungan dengan menginformasikan insiden ini ke LPSTK Pulau Petong dan Pulau Abang Kelurahan Pulau Abang (Lembaga Pengelola Sumberdaya Terumbu Karang).
Pengawas terumbu karang hanya dapat mengamati dan melaporkan kejadian di lapangan. Sehingga upaya pengawasan ini tidak mampu mencegah pengerusakan terumbu karang yang terjadi. Pengawas terumbu karang mengatakan bahwa telah menginformasikan insiden ini kepada polairud yang bertugas di Pos Kecamatan Galang. Akan tetapi tidak ada respon dalam bentuk tindakan nyata. Masyarakat bingung dengan kurangnya tanggapnya aparat pemerintah dalam mengatasi pengeboman ikan. Sampai informasi ini diturunkan belum diketahui berapa luas kerusakan dan dampak dari pengeboman ikan.
Sementara itu pada peraturan yang berlaku, dalam hal ini Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 1990 tentang konservasi, UU No 9/1985 tentang perikanan, sebenarnya jelas sanksi bagi pihak yang melakukan perusakan lingkungan hidup, yaitu mereka akan diancam pidana maksimum 10 tahun atau denda maksimum Rp 500 juta.
Namun, bila tindakannya sampai menyebabkan kematian orang lain, pidana penjara yang dikenakan maksimal 15 tahun atau denda maksimum Rp 750 juta.
Undang Undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan pasal 8 bukan Undang Undang Nomor 5 Tahun 1990 Pasal 24 Ayat 2 tentang Konservasi Sumber Daya Alam Hayati. “Mereka bisa dikenai pasal 8 dengan ancaman hukuman penjara antara 6—10 tahun dan denda Rp 1,2—2 miliar karena dinilai telah merusak lingkungan dan mencuri ikan.
Semua peraturan ini tampaknya kurang disosialisasikan dan diindahkan. dree
Tuesday, December 11, 2007
Pengeboman Ikan Ancam Program Nasional Penyelamatan Terumbu Karang
Dikirim oleh Yayasan Laksana Samudera at 5:52 PM 2 Komentar
Kategori Opini
Friday, December 7, 2007
Fenomena Angin Utara
Wilayah Kepulauan Batam Berpotensi Terkena Puting Beliung.
Stasium Meteorologi Hang Nadim : "Kecepatan angin 70 km/jam. Kecepatan angin juga akan memicu tingginya gelombang laut. Perkiraan tinggi gelombang bisa mencapai 2,5-3,5 m. Kondisi angin kencang ini berpotensi menimbulkan bencana alam. Untuk itu masyarakat diminta waspada terutama masyarakat yang tinggal di daerah pesisir. "
sumber : Tribun Batam 30 Nov 2007
Dikirim oleh Yayasan Laksana Samudera at 10:55 PM 0 Komentar
Kategori Kliping digital
Pembuangan Limbah Ancam Mata Pencaharian Nelayan
Sumber : Batam Pos, 30 November 2007
BP, Limbah cemari Perairan Air Raja. 15 Karung limbah sludge oil berserakan di pantai Pulau Air Raja, Kecamatan Sagulung Batam. Ini merupakan serial pembuangan limbah di Batam setelah beberapa waktu lalu terjadi kasus serupa di Batu Ampar dan Pantai Wisata Nongsa.
Keadaan ini mensirnakan harapan nelayan di daerah ini karena mereka seharusnya akan memanen ikan dingkis yang biasa dimakan oleh etnis Tionghoa dalam acara Imlek. Begitu dengan kegiatan budidaya keramba yang tidak dapat mereka panen, karena ikan banyak yang mati.
Nelayan Air Raja, "Air laut berubah jadi hitam pekat setiap musim utara. Gagal panen ikan di musim utara ini."
Dikirim oleh Yayasan Laksana Samudera at 2:40 AM 0 Komentar
Kategori Kliping digital
Baru Diduga Hendak Mencuri Nelayan Ditembak Oknum Brimob
Sumber : Batam Pos 2 Des 2007
Menuntut Keadilan bagi Nelayan
BP. "1 dari 3 nelayan pulau Kasu ditembak anggota brimob setelah diteriaki pencuri. Mereka berencana mengangkat bubu yang mereka tanam di perairan Tanjung Uncang jauh dari Kawasan PT Belantara Kita yang dijaga aparat brimob tersebut. Kedatangan oknum brimob yang sambil berteriak membuat nelayan ketakutan dan berencana melarikan diri. Malangnya tembakan langsung diarahkan ke pancung yang dinaiki nelayan. 1 nelayan terkena tembakan pada paha dan rahang kirinya.
"Penembakan dilakukan karena mereka diduga hendak melakukan pencurian.Aparat keamanan memang ditugaskan di sana karena sering terjadi pencurian. "" Komandan Brimob Kompol Omestian
Mamat, Nelayan Pulau Kasu "Jauh sebelum, perusahaan itu berdiri kami telah memasang bubu dan menangkap ikan disana"
HNSI Batam, Daniel "Penembakan terhadap nelayan itu dinilai membabi buta. Ini adalah perbuatan keji yang tidak sesuai dengan prosedur. Sanksi tegas perlu diberikan atas insiden ini. Agar tidak terulang dan pelaku bertanggung jawab. Seharusnya mereka membela masyarakat bukan menembak masyarakat"
Larangan peliputan bagi wartawan BP, 3 Des 2007 "Korban penembakan dijaga ketat brimob. Urusan akan diselesaikan secara kekeluargaan"
Kabid Humas Polda Kepri, Kombes Anggaria Lopis " masih terlalu jauh memutuskan siapa yang bersalah. Ini masih dalam penyelidikan, bagaimana kronologisnya dan belum ke tahap penyidikan. Pastinya yang menembak adalah anggota Brimob. Kan pakai baju dinas dan bersenjata lengkap."
Komentar Yals :
1. Nelayan tidak bersenjata
2. Nelayan hendak mengangkat bubu
3. Nelayan Ketakutan dan berencana melarikan diri
4. Masih dugaan (tidak berlakunya Asas praduga tak bersalah)
5. Meninggalkan korban dalam keadaan luka parah
6. Kepolisian terkesan melindungi anggotanya
7. Kurang kooperatifnya Brimob Batam atas insiden ini dalam mengklarifikasi berita ini sehingga menimbulkan syak wasangka kepada korps berbaju hitam ini.
8. Kemana korban akan melapor apabila penegak hukum yang melakukan tindakan kekerasan seperti ini.
Dikirim oleh Yayasan Laksana Samudera at 1:39 AM 0 Komentar
Kategori Kliping digital
Tuesday, December 4, 2007
Luluh Lantaknya Hutan Batam
Sumber : Batam Pos, 1 Des 2007
Batam Pos:
"Hutan Batam telah mengalami deforestasi menjadi perumahan. Selain itu berkurangnya hutan juga diakibatkan oleh kebutuhan pembangunan serta penjarahan dari oknum yang tidak bertanggungjawab. Sampai 2007 ini menurut Ir.Abang Musni, Kepala Dinas Kelautan Perikanan dan Pertanian Batam Hutan Batam mengalami penyusutan dari 12.081,56 ha menjadi 10.462,69 ha. "
Komentar Yals :
Apakah metode penghitungan luas hutan tersebut ?
Tahun berapa sih pengambilan data tentang luasan hutan itu ?
Oknum mana sih yang sebenarnya harus bertanggung jawab ? Apakah kita perlu mencari kambing hitam ?
Wah luasan hutan di Batam yang sarat dengan pengawasan pun kena rambah apatah lagi di Pulau-pulau kecil, Jadi khawatir nih ?
Dikirim oleh Yayasan Laksana Samudera at 5:01 PM 0 Komentar
Kategori Opini
Sunday, December 2, 2007
Up to Date n All Out Duta Karang Lingga 2007
Dabo Singkep, 28 Nov - 2 Des 2007
Enaknya memulai sebuah Perjalanan dengan fasilitas dan infrastruktur Transportasi Kota Batam sampai ke ibukota Propinsi Kepulauan Riau, Tanjung Pinang. Kita akan melalui 30 menit perjalanan darat menggunakan transportasi sampai ke Telaga Punggur, pelabuhan domestik Kota Batam. Tapi harganya lumayan bagi kocek kita sebesar 70 ribu rupiah akan melesat ke sopir taxi. Menggunakan MV (motor vessel) dengan biaya 35 ribu rupiah dalam satu jam saja kita akan segera tiba di Ibukota Tanjung Pinang.
Melewati laut yang biru gemerlap terkena cahaya matahari di antara hamparan pulau nan hijau. Pemandangan ini betul-betul asri. Gelombang utara dan hujan di akhir bulan November menyambut perjalanan kami. Tiap 15 menit MV akan pulang dan pergi dari Batam ke Tanjung Pinang. So jangan khawatir kehabisan kapal.
Perjalanan menuju Dabo Singkep akan dilanjutkan dengan menggunakan superjet. Akan tetapi superjet ini hanya satu-satunya transportasi menuju Dabo Singkep dan biayanya lumayan tinggi yaitu sebesar 102 ribu rupiah. Selama 3 jam perjalanan di tengah laut sebelum kita sampai ke Pulau Singkep alias Dabo (istilah masyarakat). Superjet menyediakan fasilitas WC, Kantin dimana kita dapat memesan makanan secara cepat, misalnya popmie.
Lokasi pertama yang akan kita temui adalah jago, tempat berlabuhnya superjet. Sebenarnya ada pelabuhan domestik di daerah Sergang di Dabo namun karena alasan musim dan pendangkalan pelabuhan tidak dapat dioperasikan. Nah, dari Jagoh ini kita akan diantar menggunakan taxi yaitu kijang super berplat hitam untuk sampai ke pusat kota Dabo. Dabo sebenarnya lebih layak menjadi Kota Kabupaten karena fasilitas dan infrastruktur yang cukup lengkap. Maklum dulunya kota ini merupakan tempat penambangan timah terbesar di Indonesia. Singkep lebih dikenal sebagai kota penghasil timah. Akan tetapi karena cadangan timah telah habis maka kota ini ditinggalkan para pengusaha sejak tahun 1998. Akhirnya roda penggerak perekonomian kota ini menjadi lumpuh. Selain melumpuhkan perekonomian Dabo Singkep juga menyisakan lubang-lubang sisa penggalian timah yang menjadi sarang bagi nyamuk-nyamuk malaria dan demam berdarah.
Alam Dabo cukuplah indah, baik lautan maupun pegunungan. Ini merupakan aset yang amat berharga. Sayangnya ini tidak dikelola secara maksimal oleh pemerintah daerah. Memang ada beberapa fasilitas wisata di Dabo namun belum mampu menggerakkan roda perekonomian masyarakat di daerah ini. Beberapa even kesenian baik tingkat kabupapten maupun lokal sering dilaksanakan di Dabo. Ini merupakan daya tarik tersendiri bagi pengunjung dan wisatawan lokal.
Dabo menjadi pilihan lokasi bagi pelaksanaan Duta Karang 2007 Coremap II Kabupaten Lingga karena ada fenomena yang menarik di Kabupaten Lingga, yaitu setiap akhir tahun hunian hotel meningkat tajam dibandingkan hari biasa sehingga mengakibatkan hotel tak mampu melayani pendatang. Ini dikarenakan semua kegiatan pemerintahan baik kegiatan even dan pelatihan biasanya dirapel di akhir tahun. Ini juga yang menjadi kendala teknis dalam pelaksanaan even Duta Karang Lingga 2007. Seyogyanya even ini dilaksanakan di Ibukota Kabupaten yaitu Daek Lingga. Namun, satu-satunya hotel di sana yaitu Lingga Pesona telah over capacity.
Pelaksanaan Even Duta Karang Lingga dilaksanakan di Dabo Singkep mengikutkan peserta dari beberapa sekolah di kecamatan-kecamatan yang ada di Kabupaten Lingga. Utusan sekolah tersebut yaitu putra dan putri yang telah melalui proses seleksi di tingkat sekolah. Even Duta karang Lingga 2007 ini merupakan sarana belajar bagi para siswa sekolah ini dimana mereka mendapatkan banyak materi tentang kelautan dan pesisir. Adapun pemateri kegiatan ini yaitu tenaga ahli Laksana Samudera. Materi yang diberikan yaitu pertama, Dunia bawah air oleh Jurianto M Nur (Dive Master), Transplantasi Terumbu Karang oleh Andriyadi serta Pengenalan Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Laut oleh Ramses Firdaus.
Kegiatan ini diisi juga dengan acara diskusi, pantun, tari dan persembahan lagu dari para peserta. Mereka amat antusias mengikuti kegiatan ini. Bahkan tercatat sebuah pernyataan sikap dari para Duta Karang ini yaitu tentang sikap dan rencana aksi mereka dalam peran mereka sebagai pelajar sebagai bentuk kepedulian dan empati mereka terhadap nasib nelayan dan rusaknya pesisir dan laut yang terjadi di Kabupaten Lingga. Pernyataan ini ditandatangani oleh keduapuluh orang duta tersebut. Menurut mereka itu janji yang harus mereka tunai sebagai peran kaum muda terdidik. Pernyataan ini mereka buat di atas kertas berlokasi di Hotel Gapura dan disaksikan oleh Laksana Samudera.
Dalam kegiatan ini panitia mendapat banyak masukan bahkan tentang informasi terbaru soal kegiatan di bidang pesisir dan laut. Mereka tahu soal Coral Triangle Iniciatif yang digagas oleh Presiden SBY. Mereka tahu tentang Global Warming. Betul-betul mengesankan.
Dalam acara pantun ,menyanyi dan joged mereka tampil all out dan mampu menghibur audience baik panitia, peserta serta pengunjung pantai wisata Sergang di Dabo.
Usai acara pantai , penutupan dilakukan di Wisma Timah yang mencekam karena cukup lama tidak dikelola oleh pemiliknya. Namun di ruang bersahaja ini semua peserta bersuka cita bernyanyi bersama menghilangkan penat selama 3 hari lalu. 6 orang utusan berhasil dijaring untuk mewakili Kabupaten ke tingkat propinsi kelak. 3 orang dari SMA dan SMP. Mereka ini kelak akan dibekali kembali dengan materi-materi agar dapat berjuang membawa nama kabupaten. Hadir pada acara penutupan PIU Coremap II Kab. Lingga Slamet,SPi, RA Dr. Joko Samiaji serta perwakilan pemerintah dan undangan.
Usai bergembira mereka bersedih karena kegiatan kan usai. Pesan dan kesanpun diungkapkan betapa kegiatan ini amat memberi arti bagi mereka namun acara sedih tidak berlangsung lama karena ada peserta yang berulang tahun. Sehingga acara selamatan pun dilakukan khidmat di ruang terbuka di halaman hotel Gapura. Acara bubar dengan kesan mendalam di dada mereka. Panitia pun mengucap salam perpisahan dan maap. Semoga kita kelak kan berjumpa lagi.
andre
Singkep
Dikirim oleh Yayasan Laksana Samudera at 6:54 PM 0 Komentar
Kategori Reportase
Tuesday, November 6, 2007
LAKSANA AWARD LAYAKKAH ?
Batam, 6 November 2007
Bagiku laksana saat ini udah pantas mengapresiasi perjuangan seorang ngah Abu, Harapannya kalo terkumpul dapat membantu ngah Abu. Apakah nanti digunakan untuk modal usaha,dll
Ini muncul sebagai reaksi empati dan cermin kehidupan batam. Kami takut idealisme kami tergerus arus modernisasi dan kapitalis yang kejam. Maka kami mengajak kepada nurani Laksanas untuk bersama-sama menyingsingkan lengan bajunya bahu membahu menanam amal di ladang dunia. Mari kita sumbangkan sedikit secepatnya, aku khawatir masa dimana sumbangan itu tak berharga lagi. Masa dimana tidak ada orang yang mau menerima sedekah. Masa-masa penuh bencana dimana orang tak peduli. Ibu-ibu meninggalkan anak yang masih menetek padanya. Pada masa dibangkitkan dimana harta dan anak-anak tidak berguna (QS.Asyu’ara’:88).
Berapakah penghasilan seorang ngah Abu yang hidup bersahaja. Menjaga diri dari sifat meminta-minta. Orang tua ini telah menjadi teladan di tengah tawaran-tawaran dari pengusaha jaring kurau, pemda,dll untuk melunturkan idealismenya. Idealisme yang katanya ditanamkan Laksana. Ia tidak gentar di tengah-tengah intimidasi dan teror. Terus semangat di tengah lemahnya mental kaum mudanya. Dialah yang memiliki “Roh Laksana”. Ini sekali lagi bukan untuk mengkultuskan. Aku Cuma mau bertanya, “layakkah Laksana memberikan Laksana Award kepadanya ?”. Untuk sekadar penghapus dahaganya di tengah padang penuh onak dan duri, aku bertanya pada Laksanas.
Aku berfikir beranjak dari Mubes 2006 lalu tentang ide Laksana Award tidak tau yang menyampaikan laksanas atau yang laen. Kemudian mengacu ke Anggaran Dasar Laksana Samudera tentang kawan Laksanas pasal 20 tentang berhaknya memperoleh dukungan terhadap kegiatan-kegiatan yang dilakukan di bidang pesisir dan laut blablabla. Komitmennya dalam mendukung visi dan misi organisasi. Kalaulah selama ini perjuangan itu telah dianggap sebagai “buah karya Laksana” aku pikir kita tetap punya tanggung jawab moral untuk mendukungnya.
Kalau sepakat kita membantunya maka kami di Batam siap mengkoordinirnya. Untuk saran dan sumbangan tidak dibatasi. Semakin cepat amal baik maka makin bagus. Allah SWT menjanjikan dari 1 bulir akan mendapatkan 7 bulir, dari 7 bulir akan mendapatkan 700 bulir. Kenapa jumlah yang disumbangkan kami di atas disebutkan, saat ini hanya itu kemampuan kami dan tidak ada unsur sum’ah. Kami berlindung kepada Allah dari penyakit hati. “Sesungguhnya pada hartamu ada hak orang lain” .
Demikian saja Laksanas kami menyumbangkan pemikiran ini mudah-mudahan dapat segera ditindaklanjuti. Lebih kurang mohon maap, wasalammualaikum.
Dikirim oleh Yayasan Laksana Samudera at 7:50 PM 0 Komentar
Kategori Opini
Saturday, October 13, 2007
Sunday, September 23, 2007
Oase di Keringnya Laut Bantan
Komentar terhadap Berita Riau Pos,24 September 2007
Tentang nelayan jaring batu yang akan menerima uang ganti rugi akibat hilangnya mata pencaharian mereka :"Nelayan jaring batu teken pernyataan"
Nelayan jaring batu di daerah Rangsang dan Rangsang Barat saat ini boleh bernapas lega karena permintaan mereka atas kompensasi pelarangan jaring batu untuk beroperasi di daerah kawasan tangkap tradisi akan segera dinyatakan. Bagi nelayan jaring batu pelarangan itu sama dengan menjungkirkan periuk nasi mereka sehingga tidak ada lagi sumber pemasukan untuk memenuhi nafkah mereka atas rumah tangganya. Lebih tepatnya mereka terutama ABK jaring batu para pengusaha/tauke.
Jumlah ABK(anak buah kapal) jaring batu dengan komposisi 143 nelayan di Rangsang Barat dan 42 nelayan di rangsang jaring batu telah menandatangani surat pernyataan dan tanda terima. Jumlah itu, tidaklah sebanding dengan 2500 nelayan yang diklaim sebagai anggota SNKB (Serikat Nelayan Kecamatan Bantan) yang merasa dianiaya akibat ketidakadilan. Ketidakadilan yang ditimbulkan karena jaring batu yang beroperasi itu, jelaslah kita lihat dari sarana tangkap baik berupa kapal dan jaring yang tidak berimbang dengan nelayan tradisional rawai serta waktu tangkap yang terus menerus. Jumlah nelayan tradisional rawai lebih banyak sebenarnya dari jumlah nelayan jaring batu.
Saat ini nelayan rawai yang terkena trauma psikologis akibat konflik tak berkesudahan yang telah memakan banyak korban di kedua belah pihak. Perang terbuka antar nelayan ini telah terjadi sejak masa lalu dan mencapai klimaks di 2006 lalu sehingga menimbulkan reaksi penyelesaian bersama oleh komponen-komponen masyarakat riau baik Pemerintah baik lokal dan Pusat, kalangan LSM,tokoh masyarakat Riau, serta masyarakat pada umumnya. Betapa tidak mereka adalah sama-sama anak jati melayu Riau. Alasan dan tujuan perang tersebut memang berbeda. Pihak jaring batu merasa laut adalah milik bersama dan tidak dapat dikapling. Mereka dapat mengeruk hasilnya kapan saja mereka mau. Sedangkan nelayan tradisional rawai menganggap bahwa jaring batu melakukan penghabisan sumberdaya ikan yang ada di perairan mereka. Mereka menilai apa yang dilakukan jaring batu tidak bijak dan tidak memikirkan khalayak ramai yang menggantungkan nasib atas perairan tersebut. Saat ini adalah suatu keputusan yang bijak untuk menghentikan pertikaian tersebut.
Satu alasan yang sama bahwa mereka melaut untuk mencari nafkah bagi pemenuhan kebutuhan rumah tangganya. Tidak salah Tuhan menciptakan perairan yang kaya ikan. AKan tetapi manusia tamak tentu amat dimurka oleh Tuhan yang Maha Esa. Kita semua berharap tidak menjadi golongan manusia perusak yang digambarkan oleh Allah SWT : "bahwa telah nampaklah kerusakan di muka bumi ini baik di darat maupun di laut karena ulah tangan manusia". Kita berharap bahwa kita semua adalah golongan yang menjaga, memelihara dan memperbaiki alam ini sehingga tetap menjamin kelestariannya bagi kehidupan yang lebih baik di masa yang akan datang. Kematian dan Kiamat pasti akan menjemput. Tetapi dunia ini adalah ladang amal sebelum masa yang menakutkan dimana manusia tidak akan peduli dengan permintaan tolong orang lain, manusia akan bermuka masam penuh kesah pada hari itu, masa dimana seorang ibu tidak ada lagi peduli terhadap anaknya. Saat akhir itu kan tiba.
Perbuatan baik ini harus menjadi budaya manusia yang bijak sebagai perlambang Khalifah/pemimpin di muka bumi ini. Bila berpijak pada penyebutan Nabi Muhammad SAW sebagai "rahmatan lil alamiien" bukan tidak mungkin kita adalah generasinya.
kebijakan ini memiliki arti penting bagi pihak nelayan rawai karena paling tidak ini dapat sebagai pembenaran bahwa tidak akan ada lagi jaring batu yang akan merusak pola penangkapan nelayan tradisional rawai dimana penerimaan kompensasi tersebut diikat dengan pernyataan yang bersifat hukum yang dapat menimbulkan sanksi bagi nelayan jaring batu tersebut.
Nelayan rawai pernah ditawari kompensasi ganti rugi modal usaha tapi mereka menolaknya, mengapa ?, karena khawatir itu malah sebagai pembayaran terhadap nelayan jaring batu yang akan tetap beroperasi di daerah mereka. Kebijakan penolakan ini adalah reaksi positif dan tanda bagi masyarakat yang berfikir dan demokrasi. Bagi mereka kelestarian alam lebih penting dari uang yang kelak hanya kan menjadi sesuatu yang tidak ada harganya ketika barang semakin mahal, ikan semakin langka, sehingga tidak akan ada lagi sumber rezeki yang diberikan Tuhan atas mereka.
Bagi pemerintah Riau ini merupakan solusi yang bijak dan dapat mengurangi persaingan yang tidak adil yang kelak akan menjadi konflik terbuka. Kompensasi Ini pada saat ini dinilai sebagai jalan tengah serta peredam konflik juga pengganti atas hilangnya mata pencaharian nelayan jaring batu. Ini dapat sebagai bentuk aksi kepedulian ekonomi dan sosial.
Namun, tetap saja pemberian kompensasi tersebut kurang bermanfaat atau bahkan menjadi mudhorat apabila tidak diiringi dengan pemberdayaan. Pemberian kompensasi bagi masyarakat yang tidak berdaya sama dengan kemubaziran yang merupakan "langkah Setan" dalam pemborosan. Karena uang tersebut bukanlah sesuatu yang punya nilai guna apabila tidak dipergunakan pada tempatnya. Berapa banyak program baik dari pemerintah pusat dan daerah dan berapa banyak keberhasilannya?. Dana tersebut diharapkan tidak menjadi suatu kemubaziran di tengah terpuruknya moral bangsa kita ini. Mudah-mudahan kompensasi ini bukan berarti hutang yang mereka bayarkan ke tauke mereka. Biasanya keterikatan antara tauke dan nelayan adalah karena si tauke meminjamkan sejumlah uang kepada ABKnya.
Mengutip pernyataan kepala dinas perikanan dan kelautan kabupaten bengkalis H.Tarmizi Mahmud bahwa sejauh ini tidak ada masalah atau gejolak di lapangan rasanyanya kurang tepat. Pasca konflik masih terjadi teror menurut nelayan rawai tidak hanya dari proses hukum yang menurut mereka "momok menakutkan". Karena saat ini mereka bingung menentukan kawan ketika proses penegakan hukum tidak dirasakan adil bagi mereka. Penangkapan-penangkapan malah menimbulkan trauma. Tidak itu saja konfoi jaring batu yang Juni 2007 lalu terjadi di daerah pantai selat baru melakukan provokasi. Polairud dalam rangka penegakan hukum telah menembak seseorang di antara nelayan jaring batu. Ini karena nelayan tradisional rawai melaporkan kejadian tersebut dan tidak terpancing dengan provokasi. Membandelnya nelayan jaring batu itu bukan tanpa sebab, karena ada pemilik modal dan kebutuhan mereka terpenuhi olehnya.
Selain itu, belum lagi teror atas beberapa pengurus SNKB yang selalu diawasi dan setiap saat dapat menjadi sasaran penegak hukum. Gejolak itu walaupun laten patutlah dipikirkan seksama. Kalau tidak ada gejolak kenapa selalu ada pengawasan dan pengintaian atas mereka?. Padahal di sisi nelayan tradisional rawai mereka telah ketakutan atas peristiwa itu. Kalau bisa cukuplah sekali. Akan tetapi setakut-takut orang yang takut yang timbul adalah keberanian. Keberanian atas kebenaran.
Ketika yang mereka perjuangkan komunitas nelayan di tempatnya agar menjaga kelestariannya dengan tetap bertahan dengan alat tangkap sederhana. Ketika mereka memperjuangkan kearifan atas pemanfaatan sumberdaya perikanan mereka berhadapan dengan keserakahan, ketamakan yang disponsori oleh orang yang tidak melihat bahwa saat kematian dan kiamat akan tiba. Mereka yang tidak sadar bahwa hidup di dunia ini hanya sementara. Ladang amal malah mereka buat dengan ladang pelampiasan hawa nafsu sesaat yang penuh dengan keabstrakan. Begitukah sikap seorang ksatria atau khalifah yang menjadi rahmat bagi alam. Jauh panggang dari api. Nelayan rawai, Padahal tidak berdasar untuk diawasi mereka adalah orang biasa yang mencari nafkah. Seperti kita semua. Yang kita pun mungkin akan bersikap sama ketika daerah itu ladang pencaharian mereka "dijajah". Setidaknya kisah ini dapat membuka mata hati kita. bahwa masih banyak saudara-saudara kita anak jati melayu yang beranak pinak di tanahnya sendiri yang merasa terzalimi atas tindakan ketidakadilan ini.
Yang membedakan adalah pola pikir mereka agar alam tetap lestari. Apakah kita bersikap ksatria seperti mereka yang mencoba menyelamatkan alam ini.
Kita berdoa hendaknya orang-orang yang belum dibukakan pintu hidayah oleh Allah akan mendapatkan petunjuk di bulan puasa ini. Serta atas korban dari tragedi yang mereka tidak tau dan terjebak di kondisi seperti ini, karena kebenaran belum terungkap, agar mendapat ampunan dan tempat yang layak di sisi-Nya. Amiin.
andre,
Penulis adalah anggota Yayasan Laksana Samudera
Dikirim oleh Yayasan Laksana Samudera at 7:22 PM 0 Komentar
Kategori Opini
Saturday, September 15, 2007
Tahniah Puasa Ramadhan 1428 H
Dikirim oleh Yayasan Laksana Samudera at 4:57 AM 0 Komentar
Wednesday, September 12, 2007
Pelatihan Pemetaan untuk Mahasiswa Faperika Unri Sudah ditutup !!
Kesempatan Terbatas !
Laksana Samudera adakan pelatihan pemetaan bagi mahasiswa/i yang lulus seleksi administrasi di Kantor Yayasan Laksana Samudera Pekanbaru .
Tujuan
- peserta dapat mengenal dan mengaplikasikan keterampilan dalam bidang pemetaan, digital menggunakan software arcview
- Laksana samudera dapat turut berperan dalam meningkatkan sdm yang ada di Pekanbaru khususnya di Fakultas perikanan dan ilmu kelautan universitas riau
- mempelajari teori pemetaan
- mempelajari tool software arc view
- melakukan digitasi
- melayout peta
Tata cara pelaksanaan pelatihan
Pelatihan diperkirakan mulai dilaksanakan pada tanggal 13 September - 10 Oktober 2007 pada pukul 9.00 s/d 16.00 wib. Pelatihan akan dilaksanakan 3 hari setiap minggunya. Apabila listrik mati maka waktu pelatihan akan dipindahkan sesuai kesepakatan dengan instruktur.
Dalam pelatihan ini instruktur akan melakukan paparan, tanya jawab, dan praktek langsung
Pendaftaran
Pendaftaran dibuka mulai 6 September 2007 - 13 September 2007
Peserta dapat langsung datang ke Yayasan Laksana Samudera untuk mendaftar
dan menentukan waktu seleksi
Alamat:
Jalan Gelatik no.4 Kel. Kampung Melayu Kec.Sukajadi
Telp. 7050592 / 7748262
email : gerainfo@yahoo.com
url : http://baharumindabahari.blogspot.com/
Dikirim oleh Yayasan Laksana Samudera at 12:38 AM 0 Komentar
Kategori Pengumuman
Tuesday, September 11, 2007
Tiga Hari Penuh Makna di Desa Pambang
Pasca tsunami di kab. Aceh Jaya Propinsi Nangroe Aceh Darussalam masih menyisakan trauma yang dalam. Namun, kesedihan itu bukan untuk dipelihara. Bencana merupakan "tangan tuhan" untuk skenario baru. Kini Aceh telah mulai berbenah. Tidak hanya fisik namun juga moral. Betapa tidak mereka tercerai berai dan banyak kehilangan anggota keluarganya. Perlu upaya rekonstruksi moral, salah satunya untuk membangkitkan semangat kesatuan itu adalah dengan mengadakan kunjungan belajar ke Bengkalis-Riau.
Para Panglima Laot kab. Aceh Jaya mengadakan kunjungan belajar ke Dusun Kembar Desa Teluk Pambang kec. Bantan. Kunjungan ini diinisiasi oleh IRC (International Rescue Comission) bekerjasama dengan yayasan Laksana Samudera-Riau. Mereka ini mewakili lhok( teluk/kuala.red). Menurut M. Taufik Hidayat, SPi Koordinator Rombongan kunjungan belajar ini diagendakan 3 hari yaitu 7-10 September 2007 ke Koperasi, SNKB dan Konservasi mangrove. Panglima Laot ini berjumlah 16 orang yang mewakili tiap Lhok dan 1 panglima tingkat kabupaten di Kabupaten Aceh Jaya.
Kedatangan mereka adalah belajar tentang perkoperasian. Seperti yang diketahui bahwa KPPM (Koperasi Perikanan Pantai Madani ) yang berkiprah di Desa Teluk Pambang kec. Bantan merupakan koperasi peraih penghargaan di tingkat propinsi dan kabupaten untuk kategori produksi. Menurut Rusli Z, ketua KPPM. Yang utama dalam berkoperasi adalah niat kemauan serta kejujuran. Itulah bekal yang menurut Ishak yang menjadi manager Penampungan Ikan membawa KPPM tetap bertahan.
Motivasi dalam mendirikan koperasi adalah untuk kepentingan bersama. " Selama kita masih mengutamakan kebersamaan insyaAllah ada jalan keluarnya. Alangkah bagusnya kalau di kab.Aceh Jaya ada koperasi yang menaungi nelayan sehingga harga ikan dapat kita jamin. Apa lagi persaingan di sana tidak serumit di Bantan ini dimana ikan kami pernah ditolak tauke Cina karena mereka ingin menjatuhkan koperasi", tambah Ishak
Selain itu, mereka juga belajar tentang keorganisasian dari SNKB (Serikat Nelayan Kecamatan Bantan) yang beranggotakan 3000 orang aktif dan 7000 relawan baik ibu-ibu dan anak-anak.
"Betapa daerah bengkalis khususnya di kec. Bantan ini tidaklah cukup kaya dibandingkan daerah kami dengan hasil perikanan laut yang berlimpah. Namun dengan keterbatasan sumberdaya mereka mampu mengelolanya dengan bijak. Masalahnya adalah di daerah kami kurangnya sdm(sumber daya manusia.red) yang handal. Sehingga belum mampu mengelola sda secara baik. Kami memiliki banyak potensi tetapi kekurangan sdm. Kami memulai dari nol. Masalahnya mental kami telah "dirusak " oleh LSM. Kompetisi antar LSM dengan berbagai strateginya telah membuat kami menjadi ketergantungan.
Kami juga turut prihatin. Selain dengan keterbatasan sda(sumber daya Alam.red) itu masyarakat di Bantan juga seringkali berhadapan dengan jaring batu yang datang mengeruk habis sda laut yang ada. Tentu saja ini amat mengkhawatirkan. Apatah lagi pemerintah daerah yang kurang bijak dalam menangani masalah perseteruan ini. Nelayan bantan acap kali menjadi korban dari keangkuhan pemerintahnya. Memang ini berbeda sekali dengan Panglima Laut di Aceh yang secara struktural telah diakui oleh pemerintah dan bagian sejarah abad 14 silam di bawah kendali Sultan Iskandar Muda. Kami juga bermitra dengan pemerintah. " keluh Jumaidi,SAg, Panglima Laut Kabupaten Aceh Jaya.
Sedangkan bagi nelayan di kecamatan bantan kedatangan para panglima laot aceh ini seperti saudara mereka. Karena Aceh juga berjuang dalam menegakkan marwah daerahnya. Nelayan pambang menganggap perjuangan mereka dalam menegakkan marwah dan keadilan bagi daerah mereka belumlah usai. Perjuangan memang memakan korban dan konflik berdarah memang menimbulkan trauma berkepanjangan.
Bencana ini bagi nelayan bantan belum seberapa dari kedashyatan bencana tsunami yang mereka dengar langsung dari Tengku Husein yang juga panglima laut Lhok. Salah seorang saksi hidup dari kekejaman bencana tsunami. Kehilangan istri dan anak-anaknya hampir membuatnya hilang kesadaran. lebih separoh dari 4000 nelayan di kab. Aceh Jaya meninggal. Namun kesedihan tidak akan mereka telan sepanjang masa. Masih ada hari esok yang akan mereka songsong. Nelayan pambang hanya berharap agar tsunami tak menyerang desa mereka.
Nelayan Aceh juga turut memasuki daerah pembibitan dan budidaya bakau oleh kelompok konservasi mangrove Bumi Hijau. Lahan seluas sekitar 100 ha itu tampak menghijau luas. Sejauh mata memandang kita hanya melihat batang yang rapat. Sebagian bakau telah ditebang karena telah memasuki masa panen. Mereka berdiskusi di dalam hutan bakau yang terkenal dengan nyamuknya.
Usai dialog dengan koperasi dan SNKB acara perpisahan pun digelar dengan cukup meriah. Acara ini dihadiri 800-an masyarakat dari desa Teluk Pambang dan sekitarnya, juga dihadiri tokoh masyarakat juga kepala Dusun Kembar. Sajian tari dan rabbana pun berkumandang seakan menyambut kedatangan panglima laot ini. " Kami cukup terkesan atas sambutan ini dan tak menyangka akan ada sambutan seperti ini, bagi kami inilah awal kami dari pertemuan kita. Mudah-mudahan ada kelanjutan dari silaturahim ini", kata panglima laot kab. Aceh Jaya. dree
Dikirim oleh Yayasan Laksana Samudera at 11:22 PM 0 Komentar
Kategori Reportase
Saturday, August 11, 2007
HIJRAH LAKSANA MUHAMMAD
Dalam kehidupan ini kita percaya bahwa tidak selamanya akan selalu baik-baik saja. Akan selalu ada masalah yang mungkin bisa menempatkan diri kita pada kondisi yang tidak menguntungkan. Kondisi yang kekurangan dan bertempat di tempat paling bawah. Ibarat roda pedati, hidup kadang di atas, kadang di bawah.
Nabi kita Muhammad SAW juga mengalami masa-masa sulit dalam perjuangannya sebelum akhirnya menperoleh kemenangan. Hasilnya bisa kita rasakan sekarang, Islam ada dan berkembang di seluruh dunia.
Salah satu tonggak sejarah perjuangan Muhammad adalah hijrahnya beliau dari Mekkah ke Madinah. Tekanan yang sangat besar dari kaum kafir menyebabkan beliau harus keluar dari tanah kelahirannya untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Ya, mencari kehidupan yang lebih baik. Itulah makna dari hijrah, pindah, dari kehidupan yang kurang menguntungkan untuk mencari kehidupan yang lebih baik
Apakah hijrah hanya berarti pindah tempat? Tidak juga, hijrah juga bisa berarti pindah cara, berganti cara. Mungkin cara yang lama dilakukan sudah tidak sesuai dengan kondisi sekarang sehingga dibutuhkan cara yang baru dan jitu. Nabi sendiri mempraktekkan kedua-duanya, pindah tempat dan pindah cara.
Kemudian apa hubungannya dengan Laksana Samudera? Dalam perjalanannya sejak tahun 1998, kondisi Laksana Samudera tentu tidaklah stabil, melainkan berguncang selalu. Sesuai dengan namanya, seperti samudera luas yang tidak akan tenang dalam setahun. Musti ada kondisi goncangan, dan itu normal adanya. Goncangan-goncangan itu semestinya membuat Laksana semakin membesar, bukan membuatnya semakin mengerucut. Goncangan itu semestinya membuat Laksana semakin kuat bukan menjadi semakin lemah dan tidak diperhitungkan.
Apakah Laksana perlu hijrah supaya lebih kuat dan diperhitungkan. Kalau menurutku, Ya. Laksana perlu berhijrah, baik tempat maupun cara. Sebagaimana Muhammad melakukannya dulu. Kemana dan bagaimana hijrahnya? Laksana harus hijrah agar lebih dekat dengan tujuannya, mendekatkan diri pada misinya. Pesisir dan laut adalah misi Laksana Samudera, maka carilah tempat dimana Laksana selalu dekat dengan pesisir, laut dan masyarakatnya. Posisi sekarang sangat jauh dari pesisir dan laut dan itu berakibat interaksi masyarakat dengan Laksana menjadi terbatas. Jikalaupun Laksana yang ingin ke laut, maka dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Ini membuat Laksana jadi menjadi terbatas ruang geraknya. Dengan dekatnya Laksana ke pesisir dan laut, akses masyarakat ke Laksana menjadi lebih mudah demikian juga sebaliknya. Biaya operasional bisa dipangkas. Sepanjang tahun Laksana bisa melayani masyarakat pesisir.
Kemudian cara apa yang perlu dirubah? Yang harus dirubah adalah dari pendekatan proyek menjadi pendekatan pengembangan masyarakat. Dengan dekatnya Laksana dengan pesisir, Laksana bisa membuat program pendampingan terus menerus pada komunitas yang ada di dekatnya. Laksana bisa membuat usaha simpan pinjam untuk nelayan dan membangkitkan industri kecil nelayan sehingga dapat menjadi basis ekonomi Laksana. Ini akan membantu Laksana keluar dari ketergantungan terhadap proyek maupun terhadap donor. Laksana bisa membuat sayap bisnis bersama-sama masyarakat.
Kemana harus hijrah? Tentu banyak pertimbangan untuk menentukan tempat tinggal kita yang baru. Saat ini yang cukup tepat untuk rumah Laksana Samudera adalah Batam. Batam dikeliling oleh komunitas pesisir yang masih sangat membutuhkan masuknya lembaga seperti Laksana. Batam sebagai ibukota propinsi Kepulauan Riau juga merupakan pusat politik tempat pengambilan kebijakan yang berpengaruh terhadap masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil. Disana tempat yang tepat bagi Laksana untuk melakukan advokasi kebijakan.
Batam, kota yang bagus dengan infrastruktur yang bagus. Sangat menunjang karena Laksana juga harus membuka jaringan dengan dunia luar. Harga sewa rumah yang masuk akal dan fasilitasi komunikasi dan internet yang gampang sangat memberi kemudahan. Akses Batam ke wilayah lain tempat sebelumnya Laksana bekerja juga sangat mudah. Dumai-Bengkalis-Karimun-Batam adalah garis lintasan ferry cepat yang tersedia setiap waktu. Tj Pinang-Senayang-Natuna juga sangat mudah dijangkau dari Batam.
Di Batam, dengan modal satu sepeda motor tua saja Laksana sudah bisa melaksanakan program. Cukup banyak komunitas hinterland yang bisa menjadi komunitas mitra Laksana. Di ibukota propinsi baru ini, kita bisa menjalin jaringan dengan LSM lokal yang ada disana. Kita bisa menjadi pionir dalam berjaringan lokal disana. Laksana bisa bentuk simpul Jaringan Pesisir dan Laut yang kuat, sebagaimana Jikalahari di daratan. Kekuatan kita cukup besar manakala Laksana berada dekat dengan konstituennya.
Tentu saja ada konsekuensi ketika kita memutuskan untuk hijrah. Termasuk bagaimana dengan Pekanbaru yang telah menjadi pangkal semua yang ada selama ini. Tentu ide ini masih sangat perlu pemikiran yang matang dan cerdas. Atau masih perlu berbagai kajian dan penyamaan persepsi semua pelaku di Laksana tentang ide ini. Sekali lagi ini masih sebatas ide yang masih sangat terbuka untuk diperdebatkan.
Salam Bahari.
Dikirim oleh Yayasan Laksana Samudera at 6:28 AM 0 Komentar
Kategori Profil Laksana
Monday, August 6, 2007
Profil Koperasi Mitra Laksana Samudera
Pengawas Koperasi Perikanan Pantai Madani berjumlah 3 (tiga) orang yang terdiri dari 1 (satu) orang ketua dan 2 (dua) orang anggota, sebagai berikut:
1. Ketua : NORBET
Unit perdagangan ikan merupakan satu unit produksi yang bergerak menampung hasil tangkapan ikan nelayan anggota koperasi. Unit ini dikelola seiring dengan dibukanya Koperasi Perikanan Pantai Madani tahun 1999 da aktif pada tahun 2001. Sistem penjualannya adalah non cash, yaitu nelayan (anggota koperasi) menjual hasil tangkapan ikannya pada koperasi dan pembayarannya dilakukan per kelam (menurut hitungan lokal) atau dua kali dalam sebulan.
2. UNIT PERDAGANGAN SUKU CADANG
5. UNIT PERDAGANGAN IKAN REMES
Sisa hasil usaha merupakan pendapatan bersih koperasi. Namun sisa hasil usaha (SHU) juga masih terdapat bagian-bagian tersendiri yang harus dikeluarkanpembiayaanya. Berdasarkan aturan yang termaktub dalam BAB XII Pasal 32 ayat 2 Perubahan Anggaran Dasar Koperasi, pembagian sisa hasil usaha dialokasikan sebagai berikut:
JARINGAN
KPPM hanya memiliki hubungan dagang berdasarkan unit usaha yang dikembangkan. Untuk jaringan lainnya, koperasi hanya menjalin hubungan untuk membantu pengembangan kapasitas koperasi dan hubungan birokrasi, diantaranya:
Sesuai dengan akta pendirian koperasi, Koperasi Perikanan Pantai Madani memiliki modal yang berasal dari modal sendiri dan modal pinjaman, diantaranya:1. Modal Sendiri 􀃖 berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, modal donasi dan dana cadangan2. Modal Pinjaman 􀃖 berasal dari pinjaman anggota, pinjaman kepada pihak lain, pinjaman kepada Bank dan pinjaman dari lembaga keuangan lainnya.Selain modal tersebut koperasi dapat melakukan pemupukan modal melalui modal penyertaan.
Sentra Koperasi Perikanan Pantai Madani telah memiliki gedung sendiri yang tidak permanen namun tanah tempat bangunan didirikan masih dalam SEWA sewa. Begitu juga bangunan gudang untuk unit perdagangan BBM. Untuk unit perdagangan suku cadang telah memiliki kedai penjualan namun m asih dalam status sewa di pasar penduduk Parit III hasil bangunan pemerintah daerah. Sesuai dengan pemekaran wilayah RW di Desa Teluk Pambang maka Koperasi Perikanan Pantai Madani saat ini terletak di RT 03/RW 08 Dusun Kembar Desa Teluk Pambang Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis. Jarak tempuh ke pusat kota Bengkalis ± 60 km.
Jaringan telepon di wilayah sentra adalah jaringan satelit yang dipusatkan untuk kebutuhan warung telekomunikasi ( wartel ) dan jaringan telepon seluler dari Telkomsel dan Indosat. Jaringan listrik di Desa Teluk Pambang sudah menggunakan jaringan PLN Bengkalis namun belum memasuki wilayah sentra Koperasi Perikanan Pantai Madani (± 5 km dari batas jaringan akhir ke daerah sentra).Pada umumnya masyarakat di sekitarnya masih menggunakan tenaga diesel untuk menggerakkan arus listrik yang dimanfaatkan untuk sumber penerangan dan sumber tenaga lainnya. Wilayah sentra dan sekitarnya belum memiliki jaringan air minum. Sumber air minum masyarakat setempat diperoleh dari sumur penduduk dan air hujan (tadah hujan). Untuk sumber air minum dari sumur penduduk berada pada wilayah landai sehingga keadaan rasa air tawar tersebut masih dipengaruhi oleh keadaan rasa air laut (payau). Untuk menampung air hujan setiap saat, masyarakat menggunakan PAH (penampung air hujan). PAH tersebut dapat berupa gentong (wadah yang terbuat dari tanah liat), drum-drum plastik, dan PAH beton (permanen).Sarana jalan dari pusat kota Bengkalis hingga ke daerah sentra sudah beraspal dengan lebar jalan ± 2.5 meter. Sarana lainnya adalah angkutan umum dari pusat kota ke daerah sentra setiap hari dengan fluktuasi 2 – 3 trip per hari. Namun saat ini sudah tidak melewati daerah sentra. Dengan kata lain, kelancaran sarana angkutan umum berjarak ± 10 km dari daerah sentra.Sarana angkutan untuk hasil perikanan menggunakan kapal motor yang disiapkan oleh pengusaha penampung ikan ( toke) sehingga mudah dalam penampungan dan penjualan ikan langsung ke Tanjung Balai Karimun.
Bagi koperasi di Indonesia, membangun kesejahteraan dalam kebersamaan telah cukup memiliki kekuatan dasar sebagai kekuatan gerakan ekonomi. Daerah otonom harus menjadi basis penyatuan kekuatan koperasi untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan lokal dan arus pengaliran surplus dari bawah. Dengan mengembalikan koperasi pada fungsinya (sebagai gerakan ekonomi) atas prinsip dan nilai dasarnya, koperasi akan semakin mampu menampilkan wajah yang sesungguhnya menuju keadaan "bersama dalam kesejahteraan" dan "sejahtera dalam kebersamaan”.
KOPERASI PERIKANAN PANTAI MADANI
Dikirim oleh Yayasan Laksana Samudera at 6:57 AM 0 Komentar
Kategori Koperasi Mitra
Upaya Penyelamatan Tanaman Langka
Dari Hobi Menjadi Misi
4 Agustus 2007
Heri Dharmawan adalah seorang anak Karimun yang mencoba mengais rezeki di Bangsal Aceh, Kota Dumai. Sebagai seorang perantau sudah banyak asam garam dia lalui. Sejauh jalan yang telah dia lalui akhirnya berujung di Bangsal Aceh. Disanalah Heri menemukan jodohnya.
Tahun 1984 masih amat kecil bagi heri untuk memulai perantauannya ke Jakarta. Tapi apa daya mau tak mau ia harus menapaki kerasnya kehidupan ibukota. Beragam pekerjaan telah ia lalui mulai dari kuli bangunan, sales. Mulai dari sales barang rumah tangga sampai ke mobil. Namun, jalan hidupnya berkata lain. Setelah bersusah payah di Jakarta, berkeras hati meninggalkan anak istrinya. Akhirnya ia tinggalkan Jakarta dengan bermodalkan 85 juta. Tak sedikit di tahun 1996.
Kelurahan Purnama Kota Dumai adalah kota pertama yang ia tetapkan sebagai tempat berusaha. Memulai kembali hidup barunya. Namun, usaha yang dibangunnya berjalan di tempat bahkan merugi. Ketika modal semakin menipis akhirnya ia angkat kaki dari Kel. Purnama menuju kel. Bangsal Aceh. Tidak ada kata menyerah saat itu.
Ia teringat kata-kata orang pertama yang ia jumpai di Jakarta dimana Petrus orang tersebut mengatakan ada lima hal yang harus dia pegang di Jakarta yaitu Jujur, Benar, Rajin, Hidup bermodalkan mulut yaitu pedagang dan terakhir hidup dari hobi. Satu persatu telah ia coba ketika di Jakarta. Untuk mendapatkan hasil dari mulut mulailah ia berdagang. Ilham bagi heri karena ia mendapatkan itu secara tiba-tiba saja. Selanjutnya yang terakhir ia terapkan di kediamannya sekarang di Bangsal Aceh. Sejak kecil Heri memang tak tahan melihat tanaman yang tidak terawat. Nah, berbekal hobi ini dia mengais rezeki dari pembeli yang melewati jalan di depan rumahnya. Menurutnya usahanya itu lumayan menguntungkan. Hari ini saja menurut tetangga Heri ia berhasil menjual 1 truk bunga. Fantastis!.
Menurut Heri Dumai memiliki banyak keanekaragaman tanaman, terutama tanaman hias yang langka. Tapi sayangnya penebangan dan perambahan hutan terus menerus membuatnya musygil bahwa kelak itu semua akan tetap ada. "Aku mulai mencoba mencari indukan tanaman tersebut dari hutan. Karena takut suatu saat kita tak pernah melihatnya lagi" katanya dengan prihatin.
Dikirim oleh Yayasan Laksana Samudera at 5:44 AM 0 Komentar
Kategori Reportase
Saturday, August 4, 2007
Hutan Bakau Senepis Menjadi Lautan
Dumai, 4 Agustus 2007
Memang proses sebab akibat di bumi ini tetap akan berlangsung. Ketika sebabnya adalah kerakusan manusia maka akibatnya adalah rusaknya keseimbangan alam.
Pada Tahun 2003 lalu kami bersama-sama tim pernah sekali waktu menyusuri Hutan bakau dan pesisir kota Dumai. Mulai dari Kec. Medang Kampai hingga ke Kec.Sungai Sembilan. Ketika itu walaupun telah ada penebangan liar namun masih ada "sisa-sisa kehijauan hutan bakau". Kalau diamati dari luar maka kita akan lihat keasrian yang membohongi kita. Itu hanyalah topeng hijau dari bopeng-bopeng kerusakan hutan akibat illegal logging. Dari kel. bangsal aceh seorang masyarakat berujar :" hutan Senepis yang kalian pernah kunjungi telah menjadi lautan". Aduh sedih hati ini rasanya. Prediksi waktu itu dan kenyataan yang ditemui sekarang amat jauh berbeda.
Kalau dikira secara ilmiah dulu kerusakan hutan yang kita kaji masih berupa angka. Namun yang dilihat sekarang betul-betul mengharubirukan kami. Tak ada lagi pepohonan yang menjulang tinggi yang memberikan banyak makanan bagi organisme yang ada di sana. Tak ada lagi tempat bernaung bagi burung-burung hutan. Tak ada lagi tempat berlindung bagi harimau. Tak ada lagi hutan bakau yang menyediakan makanan bagi ikan dan udang.
Apatah lagi sejak berdirinya banyak perusahaan di kec.Sungai Sembilan yang menambah hriuk pikuknya perambahan hutan. Apakah kita hanya seorang pengeluh ?
Dree
Dikirim oleh Yayasan Laksana Samudera at 12:43 AM 0 Komentar
Kategori Opini
Friday, August 3, 2007
Menikmati Udang Segar dari Bangsal Aceh
Dumai, 4 Agustus 2007
Bangsal Aceh adalah salah satu kelurahan di daerah pesisir Kota Dumai. Terletak di sebelah Desa Purnama, Bangsal Aceh adalah kelurahan yang juga terkena dampak pembangunan jalan utama yang kelak akan menghubungkan Kota Dumai dengan kab. Rokan Hilir. Setiap hari truk bermuatan pasir dan batu berlalu lalang.
Akan tetapi sayangnya menurut masyarakat seperti Pak Daham, batu dan pasir yang mereka bawa dionggokkan saja. Sehingga amat mengganggu masyarakat yang akan melalui jalan menuju Dumai dengan kendaraannya. Hal tersebut juga dibenarkan oleh Dian, FF Konsultan Pemp Dumai menurutnya pembuatan jalan tersebut dilakukan di siang hari. Akibatnya menimbulkan debu yang beterbangan dan di musim hujan air akan menggenangi lobang-lobang jalanan. Nah, kalau seperti ini masyarakat akan komplein dan komplein mereka baru ditanggapi. Masyarakat sudah bosan dengan tingkah polah oknum PT. SGS dalam pembuatan jalan. PT SGS adalah salah satu PT yang berada di daerah Kecamatan Sungai Sembilan. Perusahaan ini bergerak di pabrik pengolahan sawit. Perusahaan ini mengemban kewajiban dari Masyarakat dan pemerintah kota dumai karena jalan yang telah dibangun pemda rusak sehingga mereka wajib merehabilitasinya. Hari-hari di tengah jalan yang hancur memang pemandangan yang tak asing. Bagaimana sih sebenarnya sikap pemerintah Dumai terhadap masalah ini?.
Sebagai daerah pesisir Daerah ini merupakan basis penghasil ikan dan Udang. Udang putih dan udang merah. Nah, apa bahasa ilmiahnya ?, udang ini sering mereka dapatkan. Ikan yang sering mereka peroleh yaitu jenis ikan Biang dengan rasa yang enak, parang-parang, layur, gonjeng. Untuk Ikan gonjeng sering mereka awetkan menjadi ikan asin. Nah kali ini salah seorang nelayan mengundang pemateri yang adalah anggota Laksana Samudera(penulis) untuk menginap di rumahnya. Ada kegiatan pelatihan pemberdayaan perempuan pesisir pada 1-2 Agustus 2007 di Bangsal Aceh yang diselenggarakan Konsultan Manajemen KM PEMP. Adapun materi yang disampaikan tentang manajemen, pemasaran dan penyusunan rencana tindak lanjut. Kebetulan sekali dan tentu saja kesempatan ini tidak disia-siakan oleh penulis. Setelah asik membual. Akhirnya waktu menikmati udangpun tiba. Selain tersaji dalam bentuk sambal dan goreng. Tersedia juga dalam olahan sambal udang. Juga ada lalapan segar dari petani di Bangsal Aceh. Hemm, harum dan sedapnya. Jadi menagih kita untuk kembali menikmatinya.
Sayangnya hasil ikan dan udang hari-hari ini semakin berkurang. Memang perairan di kec. Sungai Sembilan memang mengalami tekanan dari berbagai sisi dari pesisirnya run off sedimen akibat logging, pencemaran dari limbah pabrik, dll. Juga penebangan bakau yang tak hentinya hingga kini semakin mengurangi daya dukung lingkungan. Artinya tempat hidup ikan dan udang ini telah terganggu. Bagi nelayan seperti pak Syahrum yang sehari hari mendayung sampan memasang pengerih di setiap subuh dan petang, kondisi ini amat menyulitkannya. Terutama dalam membiayai anak-anaknya yang lagi sekolah. Tapi ia masih bersyukur masih dapat hasil walaupun sedikit.
dree
Dikirim oleh Yayasan Laksana Samudera at 11:58 PM 0 Komentar
Kategori Kegiatan
Friday, July 27, 2007
Struktur Keanggotaan
no.01/Kpts/YLS/03/2006
tentang
Penentuan dan Pengangkatan Staf Yayasan Laksana Samudera periode 2006-2010
2. Nama : Romie Jhonnerie,SPi,MSc
3. Nama : Ramses Firdaus,SPi,MSi
4. Nama : M.Taufik Hidayat, SPi
5. Nama : fadil Nandila, SPi
Jabatan : Staff Ahli Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Photograpi
6. Nama : Jurianto M Nur, SPi
Jabatan : Staff Ahli Selam dan Pengamatan Terumbu Karang
7. Nama : Eko Prianto, SPi, MSi
Jabatan : Staff Ahli Estuaria dan Perairan Umum
8. Nama : Samsir SE
Jabatan : Staff Ahli Manajemen
1. Nama : Safrizal
Jabatan : Kepala Rumah Tangga
2. Nama : Robbyanto
Jabatan : Anggota Kesekretariatan
Jabatan : Kepala Divisi Pembaharuan Kebijakan
2. Nama : Ikhfa Rafii, SPi
Jabatan : Anggota Divisi Pembaharuan Kebijakan
3. Nama : Didik Suyatno, SPi
Jabatan : Kepala Divisi Pengorganisasian Masyarakat
4. Nama : Rijalul Fikri,SPi
Jabatan : Kepala Divisi Data dan Informasi
5. Nama : Zulfan Hadi,SE (Mengundurkan diri)
Jabatan : Kepala Divisi Pengembangan Usaha
6. Nama : Desi Rizal,AMd
Jabatan : Anggota Divisi Pengembangan Usaha
7. Nama : Suhandi,AMd
8. Nama : Sri Kartaharja, SPi
Jabatan : Kepala Divisi Pesisir dan Laut
9. Nama : Bustami
Jabatan : Anggota Divisi Pesisir dan Laut
Dikirim oleh Yayasan Laksana Samudera at 7:10 AM 0 Komentar
Kategori Profil Laksana
Data Pengalaman
Data Pengalaman Laksana
- Penerbitan Buku Memecah Ombak Merengkuh Darat, Penyadaran Masyarakat Tentang Pelestarian Hutang Mangrove Di Bengkalis, Riau, 1998
- Pembuatan Poster Kalender Terumbu Karang Riau Masa Depan Generasi, Penyadaran Masyarakat Tentang Kelestarian Terumbu Karang Di Riau, 1998
- Pembuatan Poster Kalender Laut Bukan Tong Sampah, Penyadaran Masyarakat Tentang Kelestarian Laut, Kerjasama Dengan Dirjen Perikanan 1999
- Pembuatan Leaflet Tentang Peranan Hutan Bakau Bagi Perikanan, Penyadaran Masyarakat Tentang Peranan Hutan Mangrove, Kerjasama Dengan Dirjen Perikanan 1999.
- Pembuatan Brosur Takkan Terubu Hilang Dibumi, Penyadaran Masyarakat Tentang Terancam Punahnya Ikan Terubuk Dari Perairan Bengkalis,
- Penyadaran Masyarakat Tentang Kelestarian Laut, Kerjasama Dengan Dirjen Perikanan 1999
- Melaksanakan Voter Education Untuk Perempuan, Masyarakat Adat Dan Pemilih Pemula Di Kabupaten Kampar Dan Bengkalis Kerjasama Dengan LP3ES, Juni 1999.
- Pameran Photo Lingkungan Perairan Dengan Judul AIRRIAU Pada Tiga Kominitas (Sungai, Mangrove Dan Terumbu Karang), Juli 2000
- Melaksanakan Diskusi Jaring Net II Tentang Usulan Peraturan Daerah Tentang Pengelolaan Sumberdaya Laut Berabasis Masyarakat Di Bengkalis (Upaya Masyarakat Tempatan Untuk Mempertahankan Populasi Ikan Kurau) Didesa Pambang Kecamatan Bantan Air, Bengkalis, Juli 1999.
- Memfasilitasi Masyarakat Kecamatan Bantan , Bengkais Dalam Membuat Kesepakatan Tentang Pengelolaan Kawasan Perairan Tersebut Dan Sampai Sekarang Berusaha Untuk Menjadikan Peraturan Tersebut Menjadi PERDA, Juli 1999.
- Mendampingi Masyarakat Desa Pambang Kecamatan Bantan, Bengkalis Dalam Komplik Masyarakat Setempat Dengan Nelayan Jaring Kurau Yang Merugikan Masyarakat, Mulai Juni 1999.
- Mengadakan Diskusi Berantai Tentang Strategi Penyadaran Masyarakat Terhadap Pengelolaan Terumbu Karang Di Propinsi Riau Diadakan Di Empat Lokasi ( Kecamatan Senayang Kepulauan Riau 2 Kali), Tanjungpinang Dan Pekanbaru, Kerjasama Dengan COREMAP-BAPPEDAL, Agustus - September 1999.
- Mengadakan Kerjasama Diskusi Lanjutan Pendekatan Partisipatif Dan Musyawarah Terhadap Pengelolaan Potensi Perikanan Laut Di Kecamatan Bantan, Kabupaten Bengkalis (Hukum Adat Menjadi Peraturan Daerah Demi Kelangsungan Hidup Populasi Ikan Kurau (Kekayaan Lokal Kecamatan Bantan), Kerjasama Dengan Pemda TK. II Bengkalis, 20 September 1999.
- Pelaksanaan Community Base Management Dalam Pengelolaan Terumbu Karang Di Kepulauan Riau, Proyek Rehabilitasi Dan Pengelolaan Terumbu Karang (COREMAP), September 1999 – Oktober 2001
- Survey Awal Masyarakat Adat Wilayah Pesisir Dan Sosialisasi Hasil Kongres Masyarakat Adat Nusantara Di Kecamatan Bengkalis Dan Kepulauan Riau, Oktober 1999.
- Diskusi Dan Musyawarah Masyarakat Nelayan Kecamatan Bantan Dalam Persiapan Pembentukan Organisasi Nelayan Dan Pembahasan Rancangan Peraturan Daerah Tentang Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Teluk Pambang, Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis, 22 Oktober 1999.
- Mengadakan Musyawarah Kampung Untuk Menggugah Kesadaran Masyarakat Terhadap Pentingnya Menjaga Dan Mengawasi Sumber Daya Alam Dari Berbagai Sumber Ancaman Kerusakan Lingkungan Di Bukit Batu.
- Pelaksanaan Community Base Fisheries Management, Proyek Pembangunan Masyarakat Pantai Dan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Riau, Bengkalis Januari - Maret 2000.
- Pelaksanaan Pendampingan Dalam Rangka Community Development, Proyek Pembangunan Masyarakat Pantai Dan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan Riau, Bengkalis September 2000 - Maret 2001
- Pelaksanaan Program Komunikasi Dan Media Relation Dalam Rangka Intensifikasi Kempanye Pengelolaan Terumbu Karang Sekarang Program Rehabilitasi Dan Pengelolaan Terumbu Karang (COREMAP) Di Kepulauan Riau Kerjasama Dengan Jonhs Hopkins University - Center For Communication Program, Maret - September 2001.
- Pelaksanaan Community Develoment. Proyek Pembangunan Masyarakat Pantai Dan Pengelolaan Sumber Daya Perikanan Bengkalis, Agustus - Desember 2000.
- Rapid Rural Apraisal (RRA) Desa Pesisir Bengkalis, Kerjasama Dengan Proyek Pembangunan Masyarakat Pantai Dan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan, Oktober 2001.
- (Seleksi Lokasi Dan Identifikasi Kebutuhan Dalam Perencanaan Pengelolaan Daerah Pesisir Dan Laut Di Kabupaten Karimun. Kerjasama Dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Karimun, November 2001.
- Perpanjangan Kegiatan Community Based Management Dalam Pengelolaan Terumbu Karang Di Kepulauan Riau, Proyek Rehabilitasi Dan Pengelolaan Terumbu Karang ( COREMAP ) Juli - Oktober 2002.
- Konsultasi Publik Rancangan Undang-Udang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pengelolaan Pulau-Pulau Kecil, Kerjasama Dengan Jaring Pesisir Laut (JAPELA), Pekanbaru 8 – 9 Agustus 2002.
- Kajian Kesesuaian Lahan dan Perencanaan Landcape Mangrove Kota Dumai. Kerjasama Bapeko Dumai, 2003.
- Program Pendampingan dalam Rangka Pengelolaan Keanekaragaman Hayati, Kerjasama dengan Proyek Pembangunan Masyarakat Pantai dan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan, Riau, Dirjen Perikanan Tangkap, Depertemen Kelautan dan Perikanan RI 2003-2004.
- Program Pendampingan dalam Rangka Penataan dan Penyempurnaan Fish Sanctuary, Kerjasama dengan Proyek Pembangunan Masyarakat Pantai dan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan, Riau, Dirjen Perikanan Tangkap, Depertemen Kelautan dan Perikanan RI 2003-2004.
- Program Pendampingan dalam Rangka Pengembangan Kelompok Usaha Bersama, Kerjasama dengan Proyek Pembangunan Masyarakat Pantai dan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan, Riau, Dirjen Perikanan Tangkap, Depertemen Kelautan dan Perikanan RI 2003-2004.
- Program Pendampingan dalam Rangka Pengembangan Mata Pencaharian Alternatif, Kerjasama dengan Proyek Pembangunan Masyarakat Pantai dan Pengelolaan Sumberdaya Perikanan, Riau, Dirjen Perikanan Tangkap, Depertemen Kelautan dan Perikanan RI 2003-2004.
Program Layanan Business Development Service, Kerjasama dengan Depertemen Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, 2003-2006. - Penyelenggara Workshop Community Base Coastal Resources Management, Kerjasama JARING PELA-Indonesia, ICSF- India, CBCRM Resources Center Philippines, 2004.
- Penyusunan Profile Lokasi Coremap II, Kerjasama dengan Proyek Rehabilitasi dan Pengolahan Terumbu Karang Tahap II, Kota Batam. Juli - September 2004.
- Penyiapan Kelembagaan Pengelola Terumbu Karang Berbasis Masyarakat, Kerjasama dengan Proyek Rehabilitasi dan Pengolahan Terumbu Karang Tahap II, Kota Batam. Juli - September 2004.
Konsultasi Publik CBM, Kerjasama dengan Proyek Rehabilitasi dan Pengolahan Terumbu Karang Tahap II, Kota Batam dan Natuna. September – Desember 2004. - Pelatihan Selam Tingkat Dasar, Kerjasama dengan Proyek Rehabilitasi dan Pengolahan Terumbu Karang Tahap II, Kota Batam dan Natuna. November 2004.
- Rekrutmen NGO dan Pelaksana Pengelolaan Sumberdaya Terumbu Karang Berbasis Masyarakat (CBM) Coremap II, Kota Batam. Juli - Desember 2005
- Workshop dalam Rangka Penyusunan Rencana Pengelolaan Terumbu Karang (1 A / Natinal and Regional Strategy Development), Kerjasama dengan Proyek Rehabilitasi dan Pengolahan Terumbu Karang Tahap II, Kota Batam November 2005
- Workshop Rencana Pengelolaan Terumbu Karang (RPTK), Kerjasama dengan Proyek Rehabilitasi dan Pengolahan Terumbu Karang Tahap II, Kota Batam. Oktober 2005
- Rehabilitasi Mangrove di Pulau Bengkalis, Propinsi Riau. Kerjasama Yayasan Akar Rumput Laut dan Mangrove Action Project (MAP) – Indonesia. September 2005 – September 2006.
- Pelaksana Pengelolaan Sumberdaya Terumbu Karang Berbasis Masyarakat Coremap II (Perpanjangan), Kota Batam. Juni - Desember 2006
- Pelaksanaan Kegiatan Festival Duta Karang Kabupaten Lingga Kerjasama dengan Unit Pelaksana Rehabilitasi dan Pengolahan Terumbu Karang, Kabupaten Lingga Oktober-November 2006.
- Pelatihan Pembinaan Kelompok SISWASMAS Tingkat Kabupaten Lingga Kerjasama dengan Unit Pelaksana Rehabilitasi dan Pengolahan Terumbu Karang, Kabupaten Lingga. November 2006.
Laksana On Going
2007
Program CBM Coremap Kota Batam 2007 on going
Program PEMP 2007 Kota Dumai on going
Program Batam Artificial Reef 2007
Dikirim oleh Yayasan Laksana Samudera at 6:35 AM 0 Komentar
Kategori Profil Laksana
Kegiatan Pemberdayaan
Pemberdayaan Masyarakat
1998-2002
Bengkalis
SNKB
Koperasi Pantai Madani
Kepulauan Riau
2001-2003
Bengkalis
SNKB (Serikat Nelayan Kecamatan Bantan)
Koperasi Perikanan Pantai Madani
Kepulauan Riau
CBM Coremap Senayang - Lingga
2003-2005
Bengkalis
SNKB "
Koperasi Pantai Madani"
Batam, Kepulauan Riau
CBM Coremap II Kota Batam (Kelurahan P. Abang)
2005-2008
Bengkalis
SNKB
Koperasi Pantai Madani
Batam, Kepulauan Riau
CBM Coremap II Kota Batam "
2008-2010
Bengkalis
Kepulauan Riau
Dikirim oleh Yayasan Laksana Samudera at 6:26 AM 0 Komentar
Kategori Profil Laksana
Profil Laksana Samudera
Laksana dalam kegiatannya bekerjasama dengan berbagai pihak baik dalam negeri maupun Luar Negeri. Kegiatan yang sering dilakukan sejak tahun 1998-2007 adalah Pemberdayaan masyarakat pesisir, penelitian tentang sda pesisir dan laut serta kegiatan even organiser.
Lokasi binaan, yaitu Parit III Kec. Bantan Kabupaten Bengkalis sejak tahun 1998-sekarang. Kelurahan Pulau Abang, Galang Baru dan Kelurahan Karas, Batam -Propinsi Kepri sejak tahun 2004. Kelurahan Purnama dan Bangsal Aceh Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai sejak tahun 2003-sekarang.
Legalitas
- STTPKO
- NPWP
- Akta Notaris
- AD ART
- SOP (Standar Operasional Procedure)
- Renstra (Rencana Strategis)
- Rekening Bank
Arah Pengembangan Lembaga
Untuk mencapai visi dan misi Yayasan Laksana Samudera maka arah pengembangan Lembaga difokuskan pada enam strategi yaitu :
- memperkuat database pesisir dan laut
- menggugah kesadaran stakeholder dalam pengelolaan sumberdaya pesisir laut yang adil
- menggerakkan potensi lokal dalam pengelolaan berbasis masyarakat
- membangun dan memperkuat jaringan
- menggalang dana dan dukungan
- mendesakkan perubahan kebijakan pengelolaan sumberdaya alam pesisir dan laut ke arah pengelolaan yang adil
Sumber Dana
Dana untuk kelangsungan Laksana berasal dari :
- Iuran Anggota
- Sumbangan dan bantuan sponsor yang bersifat tidak mengikat baik dari dalam maupun luar negeri
- dana hibah dari badan-badan pendanaan
- Usaha nonprofit lain yang sah
Jaringan Kerja
Sejak berdirinya lembaga ini telah terbentuk hubungan kerjasama dengan berbagai instansi dan lembaga baik lokal, nasional, maupun internasional.
Tingkat Lokal
- Aliansi Tolak Tambang Pasir Laut (ATTAP)
- Jaringan Kerja Penyelamat Hutan Riau (JIKALAHARI)
- Asosiasi ORNOP Riau
- Anggota Tim Pembela Nelayan Tertindas untuk SNKB Kec. Bantan Kab. Bengkalis
Tingkat Nasional
- Jaringan Pesisir dan Laut (PELA)
- Jaringan Kerja Sertifikasi Kelautan (JKSK)
- Jaringan Community Base Coastal Resource Management (CBCRM) Nasional.
Internasional
- Jaringan Community Base Coastal Resource Management Coremap ICSF - India, CBCRM Resource Center Philippines , 2004
Dikirim oleh Yayasan Laksana Samudera at 6:04 AM 0 Komentar
Kategori Profil Laksana
Wednesday, July 25, 2007
Oleh-oleh PEMP Dumai
Dumai, 2 Juli 2007
Buah Naga dan Ikan Asin dari Ikan Remes
Program PEMP tahun 2007 di Kota Dumai tengah berjalan. Program ini dipimpin oleh Sri Kartaharja, SPi yang biasa dipanggil Karel. Menurut Karel program kali ini lumayan berat karena perbedaan pendapat antara konsep PEMP dan misi dinas yang dilimpahkan juga ke tim PEMP. Ketika berpegang dengan Pedoman Umum (Pedum), versus Dinas Perikanan dan Kelautan yang tak punya konsep tetapi memiliki misi maka akan sulit mencapai sasaran. Namun karel dan timnya tetap konsisten.
Sekarang memasuki penghujung bulan pertama dari 3 bulan waktu program yang direncanakan. Tak kurang semangat Armilus,SPi juga Dian Suherman, SPi, Field fasilitator PEMP Dumai juga membuat terobosan baru. Untuk mengumpulkan warga di 2 lokasi yaitu Kelurahan Bangsal Aceh dan Purnama di Kecamatan Sungai Sembilan, mereka mempunyai trik yaitu dengan membuat kerajinan bambu dan ikan asin dari ikan remes (tidak punya harga). Alhasil, keduanya mendapat simpati dari kaum ibu yang tiap hari rutin ke rumah inapan FF. Eit tunggu dulu sasarannya adalah kelompok nelayan laki-laki dan entrypointnya ibu-ibu . Merekalah yang akhirnya meneruskan membuat ikan asin ketika suaminya melaut.
Selain itu, produk unggulan yang baru muncul di Bangsal Aceh adalah Buah naga. Buah naga yang ditanam warga ini telah panen. Tak kurang dari 1/2 ha lahan telah panen. Buah naga yang ditanam ini berwarna merah dan manis. Namun, harganya relatif mahal yaitu 25 ribu rupiah. Akan tetapi, peminatnya cukup banyak terutama karena kantor kelurahan Bangsal Aceh terletak di sebelah kebun buah naga sehingga hampir setiap tamu yang datang membawa oleh-oleh buah naga. Menurut pemiliknya buah naga ini mudah ditanam dan amat sesuai di daerah mereka.
Sebenarnya terdapat perbedaan yang mencolok menurut Dian di kedua lokasi ini karena menurutnya di Purnama lebih maju dan alat tangkap nelayan yang lebih modern. Selain itu, rasa kekeluargaan sudah menipis dibandingkan dengan di Bangsal Aceh yang lebih erat kekeluargaannya. Namun, ia akan menerapkan strategi yang berbeda agar mereka mudah untuk mengumpul. Bravo! dree
Dikirim oleh Yayasan Laksana Samudera at 9:37 PM 1 Komentar
Kategori Kegiatan
Tebang Hutan Tuai Bencana
Pemerintah Kurang Tanggap dalam Kerusakan Lingkungan
Sebuah kata bijak terjemahan dari Kalam Tuhan yang abadi mengisyaratkan tentang akan luluh lantaknya bumi akibat kerusakan."Telah nampak kerusakan di bumi itu baik di darat maupun di laut akibat ulah tangan manusia", telah nampak artinya kita semua, saat ini dengan teknologi informasi yang menjadikan dunia ini kecil, kita telah mengetahui kerusakan alam itu baik melalui media cetak maupun elektronik. Lewat panca indra kita kalau kita mau jujur. Alam telah rusak memang tapi apakah nurani kita telah hilang. Sehingga tidak melihat kerusakan alam tersebut. Juga apakah kita ini bangsa yang selalu berbantah-bantahan di dalam kesalahan?.
Biar tak begitu muak dengan pendapat-pendapat yang tak suai tulisan ini mudah-mudahan menjadi pencerahan.Perseteruan yang dikembangkan pers lokal maupun nasional tentang illegal logging di Riau merupakan bola panas yang dapat menjadi sensitif juga politis. Sensitif ketika banyak menyentuh para petinggi ranah melayu ini serta menyentuh kepentingan banyak pihak yang menjadi oknum illegal logging. Politis karena dengan issu ini dapat dijadikan sarana kampanye serta mempopulerkan diri. Waspada pihak kepolisian memang di saat menang ini sulit melihat mana kawan dan mana lawan.Penegakan hukum dalam illegal logging ditanggapi pesimis oleh sebagian orang yang kepentingannya hanya bersifat pribadi dan kelompoknya.
Akan Tetapi, penulis menyampaikan bahwa tidak akan terlibat dalam perseteruan itu. Paling tidak Penegakan hukum yang terus dilakukan akan menjadi budaya baik yang harus tetap kita lestarikan dan dipertahankan. Walaupun di masa sekarang ini berbuat baik itu sulit. Namun perlu dibiasakan agar menjadi budaya.
Apakah sebuah proyek hanya berakhir dengan rekomendasi ?. Wallahualam. Bagaimana dengan kerjasama tentang informasi dan data di lintas sektor terutama pemerintah. Apakah informasinya hanya disimpan dan tidak ada verifikasi di lapangan untuk cross check. Apakah rekomendasinya hanya buat cuap-cuap dan menambah isi lemari. Apakah ada proses up date untuk banyak informasi tentang kondisi hutan kita saat ini.
Apakah guna rekomendasi laporan akhir Analisis kesesuaian lahan dan Lanscape mangrove Kota Dumai tahun 2003 di bawah ini kalau tidak ada follow upnya, dalam rekomendasi itu :
Pertama, beberapa jenis mangrove dan satwa yang hidup di kawasan mangrove kota Dumai merupakan jenis flora dan fauna yang terancam punah kelangsungan hidupnya.Sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut perlu dilakukan berbagai upaya yang salah satunya adalah membuat kawasan konservasi mangrove di kawasan I dan II dimana jumlah jenis flora dan fauna yang tinggi serta aktivitas manusia yang rendah. Kedua, beberapa kawasan pesisir kota Dumai telah mengalami abrasi karena rusaknya hutan mangrove. untuk itu, perlu dilakukan rehabilitasi hutan mangrove. Ketiga, keberadaan mangrove harus dipertahankan untuk menjaga keutuhan pantai dari abrasi. Kegiatan pembangunan di kawasan peisisir kota Dumai harus mempertimbangkan jalur hijau mangrove selebar 100 m dari pantai. Perlunya satu program pendampingan dan pemberdayaan masyarakat yang selama ini memanfaatkan mangrove baik secara langsung dan tidak langsung untuk mengelola mangrove secara berkelanjutan dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Perlunya suatu kajian pemanfaatan mangrove untuk kepentingan lain selain pemanfaatan kayu semata untuk mempertahankan keberadaan hutan mangrove.
Informasi yang bermunculan tentang kerusakan hutan alam riau belakangan ini lebih kepada kekagetan yang juga membuat kita kaget. Teknologi saat ini yang dimiliki negara ini juga instansi-instansi pemerintah baik lokal maupun nasional sudah cukuplah untuk dapat mendeteksi kerusakan-kerusakan alam di Riau. Kerusakan itu berlangsung sejak lama juga seperti yang disampaikan banyak pihak sejak dahulu seperti Jikalahari, dll.
Apakah waktu itu momentumnya kurang baik atau Ataukah data yang kurang lengkap lalu apakah ketidakpercayadirian. Mudah-mudahan hanya itu penyebabnya. Ataukah karena waktu itu oknum berseragam yang terlibat perkoncoan dalam illegal logging?. Kalau tidak dugaan yang ada kenapa bungkam adalah karena suap.Penulis melihat banyak yang menjadi kawan ketika ini dikomandoi pihak kepolisian. Sekali lagi Krisis teladan di ranah ini. Ataukah komitmen kepolisian menjadi kekuatan utama atau menjadi faktor kunci terhadap penegakan hukum yang ada di Riau saat ini. Proses penegakan hukum mudah-mudahan terjadi tidak hanya menjerat pengusaha semata juga oknum-oknum berseragam.
Efek efek lain ditengah illegal logging adalah pertama, menambah maraknya Kolusi, korupsi dan nepotisme di negeri ini. Kedua, Transportasi untuk membawa logging juga membentuk jalur yang harus dibuka dengan penebangan sampai kawasan bakau menuju ke laut kemudian untuk diangkut melalui laut.Sebagai contoh Kami coba bedah penelitian kami yang diinisiasi oleh Badan Perencanaan Pembangunan Kota Dumai Penggunaan citra satelit dalam laporan akhir Analisis kesesuaian lahan dan Lanscape mangrove Kota Dumai tahun 2003. Dari penelitian tersebut dapat diterangkan bahwa irisan berupa garis pada citra Landsat Dumai tahun 1998 dan 2002. Cek lapangan untuk mengidentifikasi itu adalah berupa jalur lori untuk membawa logging ke pinggiran pantai. Melalui lautlah transportasi itu pada akhirnya temuan- temuan tidak mengejutkan kami karena telah diprediksi.
Pengurangan luasan mangrove dalam 4 tahun saja di Kota Dumai telah menghilangkan 471 ha dari total mangrove secara keseluruhan di Kota Dumai yaitu 5925 ha. Mengapa cepat punah ranah karena kawasan hutan konservasi tidak menjadi menarik lagi di Dumai seperti kawasan perbatasan di Kecamatan Sungai Sembilan dengan Kabupaten Rokan Hilir.
Seringkali penyelamatan tidak lagi menyelamatkan karena telah punah ranah.Informasi yang up to date memang belum mengemuka karena seperti yang kami sampaikan di atas bahwa laporan-laporan hanya menjadi penunggu lemari dan tidak ada tindak lanjut dari rekomendasinya.
Penyebab itu semua tak lain karena perbedaan sudut pandang tentang pemanfaatan mangrove. Di tengah itu pemanfaatan kayu bakau untuk dapur arang telah pula meluluh lantakkan mangrove yang ada di Dumai. Jumlahnya terus meningkat walaupun izinnya tetap. Menurut sumber terpercaya kami di Bengkalis Sebuah dapur arang dalam sebulan dapat memproduksi arang dalam jumlah sangat besar 30 ton!. Artinya bila 1 hari 1 ton maka luasannya sampai 1 ha. ini berlangsung dari sepanjang tahun.
Diskusi terbaru kami dalam investigasi di Dumai dengan nelayan di pesisir Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai menginformasikan bahwa aktivitas penebangan tersebut terus terjadi. Mereka tidak juga dapat mencegahnya karena tiadanya kewenangan. Kawasan jalur hijau mangrove sebagai sempedan pantai tak kurang dari lebar 50 m juga tak luput ditebang untuk dapur arang. Memang tak dipungkiri bahwa akibat naiknya suhu di permukaan bumi telah menambah debit air laut akibat mencairnya es di kutub utara. Menurut sumber kami bahwa di Dumai pada setiap musimnya terjadi pasang besar yang menggenangi lantai rumah panggung mereka. Biasanya pasang purnama tersebut hanya berlangsung 1 tahun sekali. Sekarang dalam 1 tahun bisa sampai 4 kali. Sebenarnya jauh kaitan antara pasang dan bakau. Namun, paling tidak ini untuk menghambat lajunya. Apa tah lagi Dumai rawan abrasi terutama di daerah yang berbatasan dengan Rohil karena di kawasan tersebut relatif terbuka namun bukan berarti di Kec. Medangkampai tidak. Semuanya telah mengalami abrasi. Akibat-akibat dari ini di laut amat dirasakan oleh nelayan, betapa tidak ? Akibat gundulnya hutan yang ada di Riau maka mempercepat Run off dari daratan menuju perairan. Akibat run off ini adalah terjadinya sedimentasi yang akan mempengaruhi penetrasi sinar matahari ke dalam perairan sebagai sumber energi utama di perairan yang akan membantu proses Fotosintesis.
Apatah lagi Dumai sebagai kota pelabuhan juga industri amat potensial untuk menghasilkan buangan limbah yang mencemari lingkungan terutama perairan. Selain itu, menambah beban biaya untuk pengerukan alur transportasi laut. Ini tentu saja akan mengakibatkan tereksposnya logam berat dan organisme dasar perairan. Kayu hutan untuk bahan perahu mereka telah sulit dicari, kalaupun ada sekarang ini rasanya cukup sulit untuk mengeluarkannya dari sumber kayu dan ke tempat mereka. Perairan keruh dimana mengurangi produsen primer yang akan memutus mata rantai makanan. tentu saja ini bukan hal yang menguntungkan buat nelayan kita. Ikan tentu saja akan mencari makanannya. Tentu saja bukan di daerah yang tidak terdapat produsen primer. Nah, karena perairan yang keruh dan ikan beruaya jarak tempuh tangkap nelayan akan semakin bertambah yang konsekuensinya adalah cost.
Asap berpengaruh juga dalam penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan. Pola yang terjadi pasca penebangan hutan adalah pembukaan lahan atau semak sisa penebangan hutan. Biasanya untuk memudahkan maka akan ada pembakaran lahan maka akan menimbulkan asap. Nelayan yang notabene mempercayakan pencahariannya pada laut terpaksa menanggung beban asap ini dengan ISPA di tubuh mereka. Berulang kali musim-musim kemarau di masa asap mulai menyebar terbawa angin menimbulkan korban jiwa. Tewasnya Nelayan akibat menabrak karang karena tebalnya asap bukan hal baru namun kadang informasi ini tidak terekspos ke media massa. Masalah utama pada pesisir adalah penebangan hutan bakau yang berdampak pada laju abrasi yang semakin tinggi. Pesisir kita di Riau ini semisal Dumai dengan penurunan fungsi mangrove akhirnya menjadi masalah serius akhir-akhir ini. Biasanya beban yang harus dikeluarkan untuk merehabilitasinya lebih besar dari pengurangan areanya.
Gundulnya hutan yang ada di Riau juga turut menyumbangkan pemanasan global. Akibat yang dirasakan adalah siklus musim yang berubah-ubah. Meningkatnya suhu di permukaan bumi seperti yang kita rasakan saat ini. Coral bleaching akibat pemanasan global. merupakan akibat paling serius bagi ekosistem pantai dimana habitat ini memiliki banyak keunggulan bagi ketersediaan sumber daya hayati. Sekaligus menjadi benteng pertahanan dari hantaman gelombang besar. Amat rentan. Andre dari berbagai sumber
Baharu minda bahari
Penulis adalah anggota Laksana Samudera
Dikirim oleh Yayasan Laksana Samudera at 9:10 PM 0 Komentar
Kategori Opini