SALAM BAHARI SELAMAT DATANG DI BLOG LAKSANA SAMUDERA "BAHARU MINDA BAHARI" DIVISI DATA DAN INFORMASI YAYASAN LAKSANA SAMUDERA

Wednesday, July 25, 2007

Tebang Hutan Tuai Bencana

Pemerintah Kurang Tanggap dalam Kerusakan Lingkungan

Sebuah kata bijak terjemahan dari Kalam Tuhan yang abadi mengisyaratkan tentang akan luluh lantaknya bumi akibat kerusakan."Telah nampak kerusakan di bumi itu baik di darat maupun di laut akibat ulah tangan manusia", telah nampak artinya kita semua, saat ini dengan teknologi informasi yang menjadikan dunia ini kecil, kita telah mengetahui kerusakan alam itu baik melalui media cetak maupun elektronik. Lewat panca indra kita kalau kita mau jujur. Alam telah rusak memang tapi apakah nurani kita telah hilang. Sehingga tidak melihat kerusakan alam tersebut. Juga apakah kita ini bangsa yang selalu berbantah-bantahan di dalam kesalahan?.
Biar tak begitu muak dengan pendapat-pendapat yang tak suai tulisan ini mudah-mudahan menjadi pencerahan.Perseteruan yang dikembangkan pers lokal maupun nasional tentang illegal logging di Riau merupakan bola panas yang dapat menjadi sensitif juga politis. Sensitif ketika banyak menyentuh para petinggi ranah melayu ini serta menyentuh kepentingan banyak pihak yang menjadi oknum illegal logging. Politis karena dengan issu ini dapat dijadikan sarana kampanye serta mempopulerkan diri. Waspada pihak kepolisian memang di saat menang ini sulit melihat mana kawan dan mana lawan.Penegakan hukum dalam illegal logging ditanggapi pesimis oleh sebagian orang yang kepentingannya hanya bersifat pribadi dan kelompoknya.
Akan Tetapi, penulis menyampaikan bahwa tidak akan terlibat dalam perseteruan itu. Paling tidak Penegakan hukum yang terus dilakukan akan menjadi budaya baik yang harus tetap kita lestarikan dan dipertahankan. Walaupun di masa sekarang ini berbuat baik itu sulit. Namun perlu dibiasakan agar menjadi budaya.
Apakah sebuah proyek hanya berakhir dengan rekomendasi ?. Wallahualam. Bagaimana dengan kerjasama tentang informasi dan data di lintas sektor terutama pemerintah. Apakah informasinya hanya disimpan dan tidak ada verifikasi di lapangan untuk cross check. Apakah rekomendasinya hanya buat cuap-cuap dan menambah isi lemari. Apakah ada proses up date untuk banyak informasi tentang kondisi hutan kita saat ini.
Apakah guna rekomendasi laporan akhir Analisis kesesuaian lahan dan Lanscape mangrove Kota Dumai tahun 2003 di bawah ini kalau tidak ada follow upnya, dalam rekomendasi itu :
Pertama, beberapa jenis mangrove dan satwa yang hidup di kawasan mangrove kota Dumai merupakan jenis flora dan fauna yang terancam punah kelangsungan hidupnya.Sehingga untuk mengantisipasi hal tersebut perlu dilakukan berbagai upaya yang salah satunya adalah membuat kawasan konservasi mangrove di kawasan I dan II dimana jumlah jenis flora dan fauna yang tinggi serta aktivitas manusia yang rendah. Kedua, beberapa kawasan pesisir kota Dumai telah mengalami abrasi karena rusaknya hutan mangrove. untuk itu, perlu dilakukan rehabilitasi hutan mangrove. Ketiga, keberadaan mangrove harus dipertahankan untuk menjaga keutuhan pantai dari abrasi. Kegiatan pembangunan di kawasan peisisir kota Dumai harus mempertimbangkan jalur hijau mangrove selebar 100 m dari pantai. Perlunya satu program pendampingan dan pemberdayaan masyarakat yang selama ini memanfaatkan mangrove baik secara langsung dan tidak langsung untuk mengelola mangrove secara berkelanjutan dan meningkatkan pendapatan masyarakat. Perlunya suatu kajian pemanfaatan mangrove untuk kepentingan lain selain pemanfaatan kayu semata untuk mempertahankan keberadaan hutan mangrove.
Informasi yang bermunculan tentang kerusakan hutan alam riau belakangan ini lebih kepada kekagetan yang juga membuat kita kaget. Teknologi saat ini yang dimiliki negara ini juga instansi-instansi pemerintah baik lokal maupun nasional sudah cukuplah untuk dapat mendeteksi kerusakan-kerusakan alam di Riau. Kerusakan itu berlangsung sejak lama juga seperti yang disampaikan banyak pihak sejak dahulu seperti Jikalahari, dll.
Apakah waktu itu momentumnya kurang baik atau Ataukah data yang kurang lengkap lalu apakah ketidakpercayadirian. Mudah-mudahan hanya itu penyebabnya. Ataukah karena waktu itu oknum berseragam yang terlibat perkoncoan dalam illegal logging?. Kalau tidak dugaan yang ada kenapa bungkam adalah karena suap.Penulis melihat banyak yang menjadi kawan ketika ini dikomandoi pihak kepolisian. Sekali lagi Krisis teladan di ranah ini. Ataukah komitmen kepolisian menjadi kekuatan utama atau menjadi faktor kunci terhadap penegakan hukum yang ada di Riau saat ini. Proses penegakan hukum mudah-mudahan terjadi tidak hanya menjerat pengusaha semata juga oknum-oknum berseragam.
Efek efek lain ditengah illegal logging adalah pertama, menambah maraknya Kolusi, korupsi dan nepotisme di negeri ini. Kedua, Transportasi untuk membawa logging juga membentuk jalur yang harus dibuka dengan penebangan sampai kawasan bakau menuju ke laut kemudian untuk diangkut melalui laut.Sebagai contoh Kami coba bedah penelitian kami yang diinisiasi oleh Badan Perencanaan Pembangunan Kota Dumai Penggunaan citra satelit dalam laporan akhir Analisis kesesuaian lahan dan Lanscape mangrove Kota Dumai tahun 2003. Dari penelitian tersebut dapat diterangkan bahwa irisan berupa garis pada citra Landsat Dumai tahun 1998 dan 2002. Cek lapangan untuk mengidentifikasi itu adalah berupa jalur lori untuk membawa logging ke pinggiran pantai. Melalui lautlah transportasi itu pada akhirnya temuan- temuan tidak mengejutkan kami karena telah diprediksi.
Pengurangan luasan mangrove dalam 4 tahun saja di Kota Dumai telah menghilangkan 471 ha dari total mangrove secara keseluruhan di Kota Dumai yaitu 5925 ha. Mengapa cepat punah ranah karena kawasan hutan konservasi tidak menjadi menarik lagi di Dumai seperti kawasan perbatasan di Kecamatan Sungai Sembilan dengan Kabupaten Rokan Hilir.
Seringkali penyelamatan tidak lagi menyelamatkan karena telah punah ranah.Informasi yang up to date memang belum mengemuka karena seperti yang kami sampaikan di atas bahwa laporan-laporan hanya menjadi penunggu lemari dan tidak ada tindak lanjut dari rekomendasinya.
Penyebab itu semua tak lain karena perbedaan sudut pandang tentang pemanfaatan mangrove. Di tengah itu pemanfaatan kayu bakau untuk dapur arang telah pula meluluh lantakkan mangrove yang ada di Dumai. Jumlahnya terus meningkat walaupun izinnya tetap. Menurut sumber terpercaya kami di Bengkalis Sebuah dapur arang dalam sebulan dapat memproduksi arang dalam jumlah sangat besar 30 ton!. Artinya bila 1 hari 1 ton maka luasannya sampai 1 ha. ini berlangsung dari sepanjang tahun.
Diskusi terbaru kami dalam investigasi di Dumai dengan nelayan di pesisir Kecamatan Sungai Sembilan Kota Dumai menginformasikan bahwa aktivitas penebangan tersebut terus terjadi. Mereka tidak juga dapat mencegahnya karena tiadanya kewenangan. Kawasan jalur hijau mangrove sebagai sempedan pantai tak kurang dari lebar 50 m juga tak luput ditebang untuk dapur arang. Memang tak dipungkiri bahwa akibat naiknya suhu di permukaan bumi telah menambah debit air laut akibat mencairnya es di kutub utara. Menurut sumber kami bahwa di Dumai pada setiap musimnya terjadi pasang besar yang menggenangi lantai rumah panggung mereka. Biasanya pasang purnama tersebut hanya berlangsung 1 tahun sekali. Sekarang dalam 1 tahun bisa sampai 4 kali. Sebenarnya jauh kaitan antara pasang dan bakau. Namun, paling tidak ini untuk menghambat lajunya. Apa tah lagi Dumai rawan abrasi terutama di daerah yang berbatasan dengan Rohil karena di kawasan tersebut relatif terbuka namun bukan berarti di Kec. Medangkampai tidak. Semuanya telah mengalami abrasi. Akibat-akibat dari ini di laut amat dirasakan oleh nelayan, betapa tidak ? Akibat gundulnya hutan yang ada di Riau maka mempercepat Run off dari daratan menuju perairan. Akibat run off ini adalah terjadinya sedimentasi yang akan mempengaruhi penetrasi sinar matahari ke dalam perairan sebagai sumber energi utama di perairan yang akan membantu proses Fotosintesis.
Apatah lagi Dumai sebagai kota pelabuhan juga industri amat potensial untuk menghasilkan buangan limbah yang mencemari lingkungan terutama perairan. Selain itu, menambah beban biaya untuk pengerukan alur transportasi laut. Ini tentu saja akan mengakibatkan tereksposnya logam berat dan organisme dasar perairan. Kayu hutan untuk bahan perahu mereka telah sulit dicari, kalaupun ada sekarang ini rasanya cukup sulit untuk mengeluarkannya dari sumber kayu dan ke tempat mereka. Perairan keruh dimana mengurangi produsen primer yang akan memutus mata rantai makanan. tentu saja ini bukan hal yang menguntungkan buat nelayan kita. Ikan tentu saja akan mencari makanannya. Tentu saja bukan di daerah yang tidak terdapat produsen primer. Nah, karena perairan yang keruh dan ikan beruaya jarak tempuh tangkap nelayan akan semakin bertambah yang konsekuensinya adalah cost.
Asap berpengaruh juga dalam penetrasi cahaya matahari ke dalam perairan. Pola yang terjadi pasca penebangan hutan adalah pembukaan lahan atau semak sisa penebangan hutan. Biasanya untuk memudahkan maka akan ada pembakaran lahan maka akan menimbulkan asap. Nelayan yang notabene mempercayakan pencahariannya pada laut terpaksa menanggung beban asap ini dengan ISPA di tubuh mereka. Berulang kali musim-musim kemarau di masa asap mulai menyebar terbawa angin menimbulkan korban jiwa. Tewasnya Nelayan akibat menabrak karang karena tebalnya asap bukan hal baru namun kadang informasi ini tidak terekspos ke media massa. Masalah utama pada pesisir adalah penebangan hutan bakau yang berdampak pada laju abrasi yang semakin tinggi. Pesisir kita di Riau ini semisal Dumai dengan penurunan fungsi mangrove akhirnya menjadi masalah serius akhir-akhir ini. Biasanya beban yang harus dikeluarkan untuk merehabilitasinya lebih besar dari pengurangan areanya.
Gundulnya hutan yang ada di Riau juga turut menyumbangkan pemanasan global. Akibat yang dirasakan adalah siklus musim yang berubah-ubah. Meningkatnya suhu di permukaan bumi seperti yang kita rasakan saat ini. Coral bleaching akibat pemanasan global. merupakan akibat paling serius bagi ekosistem pantai dimana habitat ini memiliki banyak keunggulan bagi ketersediaan sumber daya hayati. Sekaligus menjadi benteng pertahanan dari hantaman gelombang besar. Amat rentan. Andre dari berbagai sumber

Baharu minda bahari
Penulis adalah anggota Laksana Samudera

No comments: