Dalam kehidupan ini kita percaya bahwa tidak selamanya akan selalu baik-baik saja. Akan selalu ada masalah yang mungkin bisa menempatkan diri kita pada kondisi yang tidak menguntungkan. Kondisi yang kekurangan dan bertempat di tempat paling bawah. Ibarat roda pedati, hidup kadang di atas, kadang di bawah.
Nabi kita Muhammad SAW juga mengalami masa-masa sulit dalam perjuangannya sebelum akhirnya menperoleh kemenangan. Hasilnya bisa kita rasakan sekarang, Islam ada dan berkembang di seluruh dunia.
Salah satu tonggak sejarah perjuangan Muhammad adalah hijrahnya beliau dari Mekkah ke Madinah. Tekanan yang sangat besar dari kaum kafir menyebabkan beliau harus keluar dari tanah kelahirannya untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Ya, mencari kehidupan yang lebih baik. Itulah makna dari hijrah, pindah, dari kehidupan yang kurang menguntungkan untuk mencari kehidupan yang lebih baik
Apakah hijrah hanya berarti pindah tempat? Tidak juga, hijrah juga bisa berarti pindah cara, berganti cara. Mungkin cara yang lama dilakukan sudah tidak sesuai dengan kondisi sekarang sehingga dibutuhkan cara yang baru dan jitu. Nabi sendiri mempraktekkan kedua-duanya, pindah tempat dan pindah cara.
Kemudian apa hubungannya dengan Laksana Samudera? Dalam perjalanannya sejak tahun 1998, kondisi Laksana Samudera tentu tidaklah stabil, melainkan berguncang selalu. Sesuai dengan namanya, seperti samudera luas yang tidak akan tenang dalam setahun. Musti ada kondisi goncangan, dan itu normal adanya. Goncangan-goncangan itu semestinya membuat Laksana semakin membesar, bukan membuatnya semakin mengerucut. Goncangan itu semestinya membuat Laksana semakin kuat bukan menjadi semakin lemah dan tidak diperhitungkan.
Apakah Laksana perlu hijrah supaya lebih kuat dan diperhitungkan. Kalau menurutku, Ya. Laksana perlu berhijrah, baik tempat maupun cara. Sebagaimana Muhammad melakukannya dulu. Kemana dan bagaimana hijrahnya? Laksana harus hijrah agar lebih dekat dengan tujuannya, mendekatkan diri pada misinya. Pesisir dan laut adalah misi Laksana Samudera, maka carilah tempat dimana Laksana selalu dekat dengan pesisir, laut dan masyarakatnya. Posisi sekarang sangat jauh dari pesisir dan laut dan itu berakibat interaksi masyarakat dengan Laksana menjadi terbatas. Jikalaupun Laksana yang ingin ke laut, maka dibutuhkan biaya yang tidak sedikit. Ini membuat Laksana jadi menjadi terbatas ruang geraknya. Dengan dekatnya Laksana ke pesisir dan laut, akses masyarakat ke Laksana menjadi lebih mudah demikian juga sebaliknya. Biaya operasional bisa dipangkas. Sepanjang tahun Laksana bisa melayani masyarakat pesisir.
Kemudian cara apa yang perlu dirubah? Yang harus dirubah adalah dari pendekatan proyek menjadi pendekatan pengembangan masyarakat. Dengan dekatnya Laksana dengan pesisir, Laksana bisa membuat program pendampingan terus menerus pada komunitas yang ada di dekatnya. Laksana bisa membuat usaha simpan pinjam untuk nelayan dan membangkitkan industri kecil nelayan sehingga dapat menjadi basis ekonomi Laksana. Ini akan membantu Laksana keluar dari ketergantungan terhadap proyek maupun terhadap donor. Laksana bisa membuat sayap bisnis bersama-sama masyarakat.
Kemana harus hijrah? Tentu banyak pertimbangan untuk menentukan tempat tinggal kita yang baru. Saat ini yang cukup tepat untuk rumah Laksana Samudera adalah Batam. Batam dikeliling oleh komunitas pesisir yang masih sangat membutuhkan masuknya lembaga seperti Laksana. Batam sebagai ibukota propinsi Kepulauan Riau juga merupakan pusat politik tempat pengambilan kebijakan yang berpengaruh terhadap masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil. Disana tempat yang tepat bagi Laksana untuk melakukan advokasi kebijakan.
Batam, kota yang bagus dengan infrastruktur yang bagus. Sangat menunjang karena Laksana juga harus membuka jaringan dengan dunia luar. Harga sewa rumah yang masuk akal dan fasilitasi komunikasi dan internet yang gampang sangat memberi kemudahan. Akses Batam ke wilayah lain tempat sebelumnya Laksana bekerja juga sangat mudah. Dumai-Bengkalis-Karimun-Batam adalah garis lintasan ferry cepat yang tersedia setiap waktu. Tj Pinang-Senayang-Natuna juga sangat mudah dijangkau dari Batam.
Di Batam, dengan modal satu sepeda motor tua saja Laksana sudah bisa melaksanakan program. Cukup banyak komunitas hinterland yang bisa menjadi komunitas mitra Laksana. Di ibukota propinsi baru ini, kita bisa menjalin jaringan dengan LSM lokal yang ada disana. Kita bisa menjadi pionir dalam berjaringan lokal disana. Laksana bisa bentuk simpul Jaringan Pesisir dan Laut yang kuat, sebagaimana Jikalahari di daratan. Kekuatan kita cukup besar manakala Laksana berada dekat dengan konstituennya.
Tentu saja ada konsekuensi ketika kita memutuskan untuk hijrah. Termasuk bagaimana dengan Pekanbaru yang telah menjadi pangkal semua yang ada selama ini. Tentu ide ini masih sangat perlu pemikiran yang matang dan cerdas. Atau masih perlu berbagai kajian dan penyamaan persepsi semua pelaku di Laksana tentang ide ini. Sekali lagi ini masih sebatas ide yang masih sangat terbuka untuk diperdebatkan.
Salam Bahari.
Saturday, August 11, 2007
HIJRAH LAKSANA MUHAMMAD
Dikirim oleh Yayasan Laksana Samudera at 6:28 AM 0 Komentar
Kategori Profil Laksana
Monday, August 6, 2007
Profil Koperasi Mitra Laksana Samudera
Pengawas Koperasi Perikanan Pantai Madani berjumlah 3 (tiga) orang yang terdiri dari 1 (satu) orang ketua dan 2 (dua) orang anggota, sebagai berikut:
1. Ketua : NORBET
Unit perdagangan ikan merupakan satu unit produksi yang bergerak menampung hasil tangkapan ikan nelayan anggota koperasi. Unit ini dikelola seiring dengan dibukanya Koperasi Perikanan Pantai Madani tahun 1999 da aktif pada tahun 2001. Sistem penjualannya adalah non cash, yaitu nelayan (anggota koperasi) menjual hasil tangkapan ikannya pada koperasi dan pembayarannya dilakukan per kelam (menurut hitungan lokal) atau dua kali dalam sebulan.
2. UNIT PERDAGANGAN SUKU CADANG
5. UNIT PERDAGANGAN IKAN REMES
Sisa hasil usaha merupakan pendapatan bersih koperasi. Namun sisa hasil usaha (SHU) juga masih terdapat bagian-bagian tersendiri yang harus dikeluarkanpembiayaanya. Berdasarkan aturan yang termaktub dalam BAB XII Pasal 32 ayat 2 Perubahan Anggaran Dasar Koperasi, pembagian sisa hasil usaha dialokasikan sebagai berikut:
JARINGAN
KPPM hanya memiliki hubungan dagang berdasarkan unit usaha yang dikembangkan. Untuk jaringan lainnya, koperasi hanya menjalin hubungan untuk membantu pengembangan kapasitas koperasi dan hubungan birokrasi, diantaranya:
Sesuai dengan akta pendirian koperasi, Koperasi Perikanan Pantai Madani memiliki modal yang berasal dari modal sendiri dan modal pinjaman, diantaranya:1. Modal Sendiri berasal dari simpanan pokok, simpanan wajib, modal donasi dan dana cadangan2. Modal Pinjaman berasal dari pinjaman anggota, pinjaman kepada pihak lain, pinjaman kepada Bank dan pinjaman dari lembaga keuangan lainnya.Selain modal tersebut koperasi dapat melakukan pemupukan modal melalui modal penyertaan.
Sentra Koperasi Perikanan Pantai Madani telah memiliki gedung sendiri yang tidak permanen namun tanah tempat bangunan didirikan masih dalam SEWA sewa. Begitu juga bangunan gudang untuk unit perdagangan BBM. Untuk unit perdagangan suku cadang telah memiliki kedai penjualan namun m asih dalam status sewa di pasar penduduk Parit III hasil bangunan pemerintah daerah. Sesuai dengan pemekaran wilayah RW di Desa Teluk Pambang maka Koperasi Perikanan Pantai Madani saat ini terletak di RT 03/RW 08 Dusun Kembar Desa Teluk Pambang Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis. Jarak tempuh ke pusat kota Bengkalis ± 60 km.
Jaringan telepon di wilayah sentra adalah jaringan satelit yang dipusatkan untuk kebutuhan warung telekomunikasi ( wartel ) dan jaringan telepon seluler dari Telkomsel dan Indosat. Jaringan listrik di Desa Teluk Pambang sudah menggunakan jaringan PLN Bengkalis namun belum memasuki wilayah sentra Koperasi Perikanan Pantai Madani (± 5 km dari batas jaringan akhir ke daerah sentra).Pada umumnya masyarakat di sekitarnya masih menggunakan tenaga diesel untuk menggerakkan arus listrik yang dimanfaatkan untuk sumber penerangan dan sumber tenaga lainnya. Wilayah sentra dan sekitarnya belum memiliki jaringan air minum. Sumber air minum masyarakat setempat diperoleh dari sumur penduduk dan air hujan (tadah hujan). Untuk sumber air minum dari sumur penduduk berada pada wilayah landai sehingga keadaan rasa air tawar tersebut masih dipengaruhi oleh keadaan rasa air laut (payau). Untuk menampung air hujan setiap saat, masyarakat menggunakan PAH (penampung air hujan). PAH tersebut dapat berupa gentong (wadah yang terbuat dari tanah liat), drum-drum plastik, dan PAH beton (permanen).Sarana jalan dari pusat kota Bengkalis hingga ke daerah sentra sudah beraspal dengan lebar jalan ± 2.5 meter. Sarana lainnya adalah angkutan umum dari pusat kota ke daerah sentra setiap hari dengan fluktuasi 2 – 3 trip per hari. Namun saat ini sudah tidak melewati daerah sentra. Dengan kata lain, kelancaran sarana angkutan umum berjarak ± 10 km dari daerah sentra.Sarana angkutan untuk hasil perikanan menggunakan kapal motor yang disiapkan oleh pengusaha penampung ikan ( toke) sehingga mudah dalam penampungan dan penjualan ikan langsung ke Tanjung Balai Karimun.
Bagi koperasi di Indonesia, membangun kesejahteraan dalam kebersamaan telah cukup memiliki kekuatan dasar sebagai kekuatan gerakan ekonomi. Daerah otonom harus menjadi basis penyatuan kekuatan koperasi untuk menjaga keseimbangan antara kebutuhan lokal dan arus pengaliran surplus dari bawah. Dengan mengembalikan koperasi pada fungsinya (sebagai gerakan ekonomi) atas prinsip dan nilai dasarnya, koperasi akan semakin mampu menampilkan wajah yang sesungguhnya menuju keadaan "bersama dalam kesejahteraan" dan "sejahtera dalam kebersamaan”.
KOPERASI PERIKANAN PANTAI MADANI
Dikirim oleh Yayasan Laksana Samudera at 6:57 AM 0 Komentar
Kategori Koperasi Mitra
Upaya Penyelamatan Tanaman Langka
Dari Hobi Menjadi Misi
4 Agustus 2007
Heri Dharmawan adalah seorang anak Karimun yang mencoba mengais rezeki di Bangsal Aceh, Kota Dumai. Sebagai seorang perantau sudah banyak asam garam dia lalui. Sejauh jalan yang telah dia lalui akhirnya berujung di Bangsal Aceh. Disanalah Heri menemukan jodohnya.
Tahun 1984 masih amat kecil bagi heri untuk memulai perantauannya ke Jakarta. Tapi apa daya mau tak mau ia harus menapaki kerasnya kehidupan ibukota. Beragam pekerjaan telah ia lalui mulai dari kuli bangunan, sales. Mulai dari sales barang rumah tangga sampai ke mobil. Namun, jalan hidupnya berkata lain. Setelah bersusah payah di Jakarta, berkeras hati meninggalkan anak istrinya. Akhirnya ia tinggalkan Jakarta dengan bermodalkan 85 juta. Tak sedikit di tahun 1996.
Kelurahan Purnama Kota Dumai adalah kota pertama yang ia tetapkan sebagai tempat berusaha. Memulai kembali hidup barunya. Namun, usaha yang dibangunnya berjalan di tempat bahkan merugi. Ketika modal semakin menipis akhirnya ia angkat kaki dari Kel. Purnama menuju kel. Bangsal Aceh. Tidak ada kata menyerah saat itu.
Ia teringat kata-kata orang pertama yang ia jumpai di Jakarta dimana Petrus orang tersebut mengatakan ada lima hal yang harus dia pegang di Jakarta yaitu Jujur, Benar, Rajin, Hidup bermodalkan mulut yaitu pedagang dan terakhir hidup dari hobi. Satu persatu telah ia coba ketika di Jakarta. Untuk mendapatkan hasil dari mulut mulailah ia berdagang. Ilham bagi heri karena ia mendapatkan itu secara tiba-tiba saja. Selanjutnya yang terakhir ia terapkan di kediamannya sekarang di Bangsal Aceh. Sejak kecil Heri memang tak tahan melihat tanaman yang tidak terawat. Nah, berbekal hobi ini dia mengais rezeki dari pembeli yang melewati jalan di depan rumahnya. Menurutnya usahanya itu lumayan menguntungkan. Hari ini saja menurut tetangga Heri ia berhasil menjual 1 truk bunga. Fantastis!.
Menurut Heri Dumai memiliki banyak keanekaragaman tanaman, terutama tanaman hias yang langka. Tapi sayangnya penebangan dan perambahan hutan terus menerus membuatnya musygil bahwa kelak itu semua akan tetap ada. "Aku mulai mencoba mencari indukan tanaman tersebut dari hutan. Karena takut suatu saat kita tak pernah melihatnya lagi" katanya dengan prihatin.
Dikirim oleh Yayasan Laksana Samudera at 5:44 AM 0 Komentar
Kategori Reportase
Saturday, August 4, 2007
Hutan Bakau Senepis Menjadi Lautan
Dumai, 4 Agustus 2007
Memang proses sebab akibat di bumi ini tetap akan berlangsung. Ketika sebabnya adalah kerakusan manusia maka akibatnya adalah rusaknya keseimbangan alam.
Pada Tahun 2003 lalu kami bersama-sama tim pernah sekali waktu menyusuri Hutan bakau dan pesisir kota Dumai. Mulai dari Kec. Medang Kampai hingga ke Kec.Sungai Sembilan. Ketika itu walaupun telah ada penebangan liar namun masih ada "sisa-sisa kehijauan hutan bakau". Kalau diamati dari luar maka kita akan lihat keasrian yang membohongi kita. Itu hanyalah topeng hijau dari bopeng-bopeng kerusakan hutan akibat illegal logging. Dari kel. bangsal aceh seorang masyarakat berujar :" hutan Senepis yang kalian pernah kunjungi telah menjadi lautan". Aduh sedih hati ini rasanya. Prediksi waktu itu dan kenyataan yang ditemui sekarang amat jauh berbeda.
Kalau dikira secara ilmiah dulu kerusakan hutan yang kita kaji masih berupa angka. Namun yang dilihat sekarang betul-betul mengharubirukan kami. Tak ada lagi pepohonan yang menjulang tinggi yang memberikan banyak makanan bagi organisme yang ada di sana. Tak ada lagi tempat bernaung bagi burung-burung hutan. Tak ada lagi tempat berlindung bagi harimau. Tak ada lagi hutan bakau yang menyediakan makanan bagi ikan dan udang.
Apatah lagi sejak berdirinya banyak perusahaan di kec.Sungai Sembilan yang menambah hriuk pikuknya perambahan hutan. Apakah kita hanya seorang pengeluh ?
Dree
Dikirim oleh Yayasan Laksana Samudera at 12:43 AM 0 Komentar
Kategori Opini
Friday, August 3, 2007
Menikmati Udang Segar dari Bangsal Aceh
Dumai, 4 Agustus 2007
Bangsal Aceh adalah salah satu kelurahan di daerah pesisir Kota Dumai. Terletak di sebelah Desa Purnama, Bangsal Aceh adalah kelurahan yang juga terkena dampak pembangunan jalan utama yang kelak akan menghubungkan Kota Dumai dengan kab. Rokan Hilir. Setiap hari truk bermuatan pasir dan batu berlalu lalang.
Akan tetapi sayangnya menurut masyarakat seperti Pak Daham, batu dan pasir yang mereka bawa dionggokkan saja. Sehingga amat mengganggu masyarakat yang akan melalui jalan menuju Dumai dengan kendaraannya. Hal tersebut juga dibenarkan oleh Dian, FF Konsultan Pemp Dumai menurutnya pembuatan jalan tersebut dilakukan di siang hari. Akibatnya menimbulkan debu yang beterbangan dan di musim hujan air akan menggenangi lobang-lobang jalanan. Nah, kalau seperti ini masyarakat akan komplein dan komplein mereka baru ditanggapi. Masyarakat sudah bosan dengan tingkah polah oknum PT. SGS dalam pembuatan jalan. PT SGS adalah salah satu PT yang berada di daerah Kecamatan Sungai Sembilan. Perusahaan ini bergerak di pabrik pengolahan sawit. Perusahaan ini mengemban kewajiban dari Masyarakat dan pemerintah kota dumai karena jalan yang telah dibangun pemda rusak sehingga mereka wajib merehabilitasinya. Hari-hari di tengah jalan yang hancur memang pemandangan yang tak asing. Bagaimana sih sebenarnya sikap pemerintah Dumai terhadap masalah ini?.
Sebagai daerah pesisir Daerah ini merupakan basis penghasil ikan dan Udang. Udang putih dan udang merah. Nah, apa bahasa ilmiahnya ?, udang ini sering mereka dapatkan. Ikan yang sering mereka peroleh yaitu jenis ikan Biang dengan rasa yang enak, parang-parang, layur, gonjeng. Untuk Ikan gonjeng sering mereka awetkan menjadi ikan asin. Nah kali ini salah seorang nelayan mengundang pemateri yang adalah anggota Laksana Samudera(penulis) untuk menginap di rumahnya. Ada kegiatan pelatihan pemberdayaan perempuan pesisir pada 1-2 Agustus 2007 di Bangsal Aceh yang diselenggarakan Konsultan Manajemen KM PEMP. Adapun materi yang disampaikan tentang manajemen, pemasaran dan penyusunan rencana tindak lanjut. Kebetulan sekali dan tentu saja kesempatan ini tidak disia-siakan oleh penulis. Setelah asik membual. Akhirnya waktu menikmati udangpun tiba. Selain tersaji dalam bentuk sambal dan goreng. Tersedia juga dalam olahan sambal udang. Juga ada lalapan segar dari petani di Bangsal Aceh. Hemm, harum dan sedapnya. Jadi menagih kita untuk kembali menikmatinya.
Sayangnya hasil ikan dan udang hari-hari ini semakin berkurang. Memang perairan di kec. Sungai Sembilan memang mengalami tekanan dari berbagai sisi dari pesisirnya run off sedimen akibat logging, pencemaran dari limbah pabrik, dll. Juga penebangan bakau yang tak hentinya hingga kini semakin mengurangi daya dukung lingkungan. Artinya tempat hidup ikan dan udang ini telah terganggu. Bagi nelayan seperti pak Syahrum yang sehari hari mendayung sampan memasang pengerih di setiap subuh dan petang, kondisi ini amat menyulitkannya. Terutama dalam membiayai anak-anaknya yang lagi sekolah. Tapi ia masih bersyukur masih dapat hasil walaupun sedikit.
dree
Dikirim oleh Yayasan Laksana Samudera at 11:58 PM 0 Komentar
Kategori Kegiatan